Mental Health Awareness: Mengapa Kesehatan Mental Penting bagi Mahasiswa?

Mental Health Awareness: Mengapa Kesehatan Mental Penting bagi Mahasiswa?

Di tengah padatnya aktivitas kuliah, tuntutan tugas, organisasi, hingga pekerjaan part time, mahasiswa sering kali terjebak dalam rutinitas yang menguras energi fisik dan emosional. Banyak dari mereka yang berfokus mengejar prestasi akademik tanpa menyadari bahwa kesehatan mental merupakan fondasi utama untuk tetap produktif, kreatif, dan mampu berkembang secara berkelanjutan. Karenanya, mental health awareness bukan lagi sekadar isu, tetapi sudah menjadi kebutuhan penting di lingkungan pendidikan tinggi.

Berdasarkan Laporan Riskesdas 2024 mencatat prevalensi gangguan mental emosional pada remaja dan dewasa muda di Indonesia mencapai 13,5% pada kelompok usia 15–24 tahun. Angka ini tidak bisa dianggap kecil. Sementara itu, Katadata Insight Center (KIC) 2024 menemukan bahwa 1 dari 4 Gen Z di perkotaan pernah mengalami gejala depresi atau kecemasan berlebih. Tekanan akademis, tuntutan ekonomi, budaya kerja yang serba cepat, hingga kebiasaan membandingkan diri dengan orang lain di media sosial membuat mereka berada di posisi rawan yang disebut jadi “overthingking”.

Dampak Jika Kesehatan Mental Diabaikan

Mengabaikan kesehatan mental mahasiswa bisa menimbulkan berbagai konsekuensi serius:

  • Penurunan performa akademik — mahasiswa dengan stres, kecemasan, atau depresi berat cenderung sulit berkonsentrasi, kehilangan motivasi, atau bahkan drop out.
  • Kualitas hidup memburuk — gangguan tidur, mood yang naik-turun, rasa cemas atau putus asa bisa mempengaruhi keseharian dan kesejahteraan secara umum.
  • Gangguan relasi sosial — mahasiswa bisa menarik diri dari pertemanan, merasa terisolasi, atau kesulitan bersosialisasi karena beban mental.
  • Risiko kesehatan jangka panjang — jika tidak ditangani, stres kronis dan depresi bisa berkembang menjadi gangguan mental yang lebih serius.

Apa yang Bisa Dilakukan Mahasiswa?

Untuk membantu menjaga kesehatan mental mahasiswa, beberapa langkah berikut bisa diambil:

  • Mahasiswa sendiri perlu membangun kebiasaan hidup sehat — atur jadwal tidur, olahraga rutin, batasi beban kerja jika memungkinkan, dan sediakan waktu untuk istirahat maupun hiburan.
  • Kesadaran & literasi mental — dorong diskusi terbuka soal kesehatan mental, pahami gejala stres/depresi, dan tanamkan bahwa meminta bantuan adalah tindakan berani, bukan kelemahan.
  • Dukungan sosial — teman, keluarga, komunitas kampus bisa berperan besar: mendengarkan tanpa menghakimi, memberi empati, saling bantu ketika ada yang kesulitan.
  • Manajemen waktu & prioritas — belajar untuk berkata “tidak” ketika terlalu banyak beban, alokasikan waktu untuk istirahat, belajar, kerja, dan kehidupan pribadi secara seimbang.

Kesehatan mental bukan sekadar “masalah pribadi”, melainkan bagian penting dari keseluruhan kesejahteraan mahasiswa. Dengan data yang menunjukkan bahwa banyak generasi muda di dunia maupun di Indonesia berjuang menghadapi stres, kecemasan, depresi, hingga gangguan tidur, jelas bahwa perhatian terhadap isu ini sangat dibutuhkan.

Mahasiswa yang sehat secara mental tidak hanya lebih mampu menghadapi akademik dan kehidupan kampus, tetapi juga lebih siap membangun karier dan kehidupan pasca-kuliah. Oleh karena itu, kesadaran dan penerimaan terhadap kesehatan mental harus terus didorong baik dari diri sendiri, teman, keluarga, maupun institusi kampus.

INSTIKI Ikuti Deklarasi Kampus Siaga Bencana: Langkah Besar Bali Perkuat Pertahanan Akademik terhadap Risiko Bencana

INSTIKI Ikuti Deklarasi Kampus Siaga Bencana: Langkah Besar Bali Memperkuat Pertahanan Akademik terhadap Risiko Bencana

Dalam sebuah momentum yang dinilai krusial bagi dunia pendidikan tinggi di Bali, Institut Bisnis dan Teknologi Indonesia (INSTIKI) resmi mengikuti Deklarasi Kampus Siaga Bencana yang digelar oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali bersama LLDIKTI Wilayah VIII pada Selasa, 25 November 2025 bertempat di BPBD Provinsi Bali. Acara yang berlangsung tidak hanya menjadi seremoni, tetapi dianggap sebagai tonggak awal lahirnya lingkungan kampus yang lebih tangguh, responsif, dan berdaya hadapi ancaman bencana.

Kegiatan ini mendapatkan perhatian luas karena Bali sebagai wilayah dengan tingkat kerawanan tinggi, mulai dari gempa bumi, erupsi gunung berapi, hingga cuaca ekstrem sehingga membutuhkan institusi pendidikan yang mampu menjadi garda depan edukasi dan mitigasi bencana. Dalam deklarasi tersebut, INSTIKI menandaskan bahwa kesiapsiagaan bencana harus menjadi kesadaran kolektif, bukan hanya tugas lembaga pemerintah. Dunia pendidikan memiliki tanggung jawab moral untuk mempersiapkan generasi muda menghadapi realitas risiko bencana yang semakin meningkat.

“Perguruan tinggi bukan hanya tempat belajar, tetapi ruang aman bagi ribuan mahasiswa. Oleh karena itu, sistem perlindungan dan mitigasi harus menjadi prioritas,” dalam deklarasi perguruan tinggi swasta se-Bali yang menyatakan komitmen untuk mewujudkan kampus yang aman/tanggap dan siaga bencana. Kampus sebagai pusat edukasi kebencanaan dan pusat inovasi pengurangan risiko bencana. Menjadikan kampus sebagai ruang pembelajaran bagi masyarakat melalui pengajaran, penelitian serta pengabdian kepada masyarakat. Salah satu poin paling penting dalam deklarasi ini adalah integrasi materi kebencanaan dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Langkah Konkret INSTIKI Menuju Kampus Tangguh

Sebagai bagian dari dukungan program kampus siaga bencana, INSTIKI telah membuat kajian resiko bencana kampus INSTIKI. Memulai memperhatikan  titik rawan kampus, mulai dari struktur bangunan, jalur evakuasi, sistem kelistrikan, hingga kemungkinan dampak gempa dan kebakaran. Pembentukan Satgas Siaga Bencana serta Implementasi Sistem Peringatan Dini Kampus.

Tentunya, kampus siaga bencana  memberikan dampak baik terhadap meningkatkan kesiapsiagaan ribuan civitas kampus dalam menghadapi bencana. Mendorong kesadaran mitigasi di masyarakat melalui peran aktif mahasiswa. Memacu inovasi teknologi kebencanaan dari lingkungan akademis. Membantu pemerintah daerah memperluas jaringan edukasi bencana. Menjadikan kampus sebagai ruang aman di tengah tingginya potensi risiko bencana di Bali. Melihat urgensi ancaman bencana yang semakin tidak terprediksi, deklarasi ini bukan hanya peristiwa penting, tetapi menjadi bagian dari strategi besar memastikan dunia pendidikan berada di garis depan perlindungan masyarakat.

Workshop IDC x Road to DevFest Ajak Upgrade Skill Frontend!

Unit Kegiatan Mahasiswa INSTIKI Developer Club (IDC) kembali menunjukkan perannya sebagai wadah pengembangan minat dan bakat mahasiswa di bidang teknologi melalui penyelenggaraan Workshop IDC x Road to DevFest pada Minggu, 23 November 2025 di Lab B INSTIKI. Mengusung tema “Kickstart Your Frontend Journey with Vue.js”, kegiatan ini menghadirkan pembelajaran mengenai salah satu framework frontend modern yang banyak digunakan dalam industri teknologi saat ini.

Workshop ini menghadirkan narasumber I Putu Adi Santika Jaya, seorang Team Member Google Developer Groups (GDG) Bali. Dalam sesi pemaparannya, Beliau membahas secara komprehensif mengenai Vue.js, sebuah framework JavaScript yang dikenal ringan, fleksibel, dan mudah dipelajari bagi para pengembang web pemula maupun tingkat lanjut. Sebagai awal, peserta diperkenalkan pada konsep dasar Vue.js serta alasan mengapa framework ini menjadi pilihan banyak perusahaan teknologi, baik skala startup maupun enterprise. Narasumber juga menjelaskan keunggulan Vue.js yang memiliki struktur sederhana, dokumentasi lengkap, serta ekosistem yang terus berkembang.

Materi selanjutnya masuk ke tahap teknis, dimulai dari instalasi Node.js sebagai fondasi lingkungan pengembangan modern. Peserta kemudian diajak mempraktikkan penggunaan Git, alat version control yang wajib dikuasai bagi setiap developer untuk mendukung kolaborasi dalam proyek teknologi. Setelah itu, workshop berlanjut pada proses instalasi Vue.js. Tidak hanya teori, kegiatan ini dirancang dengan pendekatan praktik langsung. Peserta diajak membuat aplikasi sederhana menggunakan Vue.js. Praktik ini memberikan gambaran nyata mengenai bagaimana Vue.js digunakan dalam membangun aplikasi yang interaktif dan responsif.

Workshop ini juga menjadi ruang diskusi interaktif, di mana peserta dapat mengajukan pertanyaan terkait tantangan yang mereka hadapi saat belajar frontend development. Narasumber memberikan berbagai tips, best practice, serta insight industri yang sangat bermanfaat, terutama bagi mahasiswa yang ingin memulai karier sebagai frontend developer. Dengan berlangsungnya Workshop IDC x Road to DevFest, UKM IDC kembali menunjukkan komitmennya dalam menghadirkan ruang belajar berkualitas, relevan dengan kebutuhan industri teknologi masa kini. Melalui kolaborasi dengan komunitas seperti GDG Bali, IDC terus membuka peluang bagi mahasiswa INSTIKI untuk berkembang, berinovasi, dan mempersiapkan diri menjadi talenta digital unggul yang siap bersaing di dunia profesional.

Overthinking STOP! Strategi Manajemen Stres yang Lebih Realistis!

Overthinking STOP! Strategi Manajemen Stres yang Lebih Realistis!

Di tengah kesibukan kuliah, organisasi, tugas proyek, hingga tekanan sosial di era digital, mahasiswa sering kali terjebak dalam lingkaran overthinking. Pikiran yang terus berputar tanpa henti untuk memikirkan hal yang belum terjadi, kemungkinan terburuk, atau kekhawatiran berlebihan. Hal ini dapat menyebabkan stres menumpuk dan menguras energi mental. Untuk mahasiswa INSTIKI yang hidup dalam ritme perkuliahan cepat dan dinamis, mengelola overthinking bukan hanya kebutuhan, tetapi kemampuan penting agar tetap fokus dan produktif. Untungnya, mengatasi overthinking tidak harus rumit. Ada strategi sederhana dan realistis yang bisa kamu terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Sadari Polanya: Tahu Kapan Kamu Mulai “Kebanyakan Mikir”

Langkah pertama adalah mengenali kapan pikiranmu mulai tidak terkendali. Biasanya, tanda-tandanya muncul seperti: sulit tidur karena memikirkan tugas, memutar ulang kejadian kecil secara berlebihan, atau merasa cemas tanpa alasan jelas. Ketika sinyal itu muncul, berhenti sejenak dan sadari: “Oke, aku lagi overthinking.” Kesadaran ini memberi ruang untuk mengambil tindakan sebelum stres makin besar.

Tulis Kekhawatiranmu, Jangan Simpan di Kepala

Kadang, pikiran terasa berat bukan karena masalahnya sebesar itu, tapi karena semua numpuk jadi satu. Cobalah brain dump selama 5 menit saja: tulis semua yang kamu pikirkan tanpa filter. Setelah itu, baca ulang dan pisahkan mana yang perlu ditindaklanjuti dan mana yang hanya “ketakutan imajiner”. Mahasiswa INSTIKI yang sering menghadapi banyak mata kuliah dan proyek akan merasakan manfaat besar dari teknik sederhana ini, pikiran jadi lebih ringan dan lebih terstruktur.

Fokus pada Hal yang Bisa Kamu Kendalikan

Overthinking sering muncul dari hal-hal yang sebenarnya tidak bisa kita kontrol, seperti penilaian dosen, komentar orang lain, atau hasil yang belum terjadi. Alihkan fokusmu ke hal yang memang bisa kamu lakukan: belajar materi, latihan presentasi, mengatur jadwal, atau memperbaiki kualitas kerja. Ketika fokus beralih ke tindakan, energi mental tersalurkan secara produktif, bukan tersedot oleh kecemasan.

Batasi Konsumsi Digital dan Beri Waktu Istirahat ke Otak

Media sosial adalah pemicu besar overthinking, mulai dari membandingkan diri dengan orang lain hingga merasa “kurang” karena melihat pencapaian orang lain. Mahasiswa INSTIKI bisa mulai dengan digital detox kecil: 30 menit tanpa gadget sebelum tidur atau 1 jam tanpa media sosial setelah bangun pagi. Kebiasaan kecil ini bisa membuat otak lebih rileks dan mengurangi pemicu stres.

Ubah Mindset: Tidak Semua Harus Sempurna

Salah satu sumber overthinking terbesar adalah perfeksionisme. Padahal, di dunia nyata termasuk dalam perkuliahan, yang terpenting adalah progres, bukan kesempurnaan. Cobalah terapkan prinsip “cukup baik untuk maju”, terutama saat menghadapi tugas besar. Ketika standar realistis diterapkan, beban mental akan terasa jauh lebih ringan.

Bangun Rutinitas yang Menenangkan

Kegiatan sederhana seperti stretching 5 menit, minum air hangat, journaling, atau sekadar duduk tenang sambil menarik napas dalam bisa membantu meredakan stres. Lakukan setiap hari agar menjadi kebiasaan yang mendukung kesehatan mentalmu.

Overthinking Bukan Takdir, Kamu Bisa Mengelolanya

Menghentikan overthinking bukan soal memaksa pikiran untuk diam, tetapi melatih diri untuk mengarahkannya dengan bijak. Dengan strategi sederhana dan realistis di atas, mahasiswa INSTIKI bisa lebih siap menghadapi perkuliahan sekaligus menjaga keseimbangan dalam diri.

Jika kamu merasa stres atau overthinking semakin mengganggu kehidupan sehari-hari, jangan ragu untuk mencari bantuan. Help Desk INSTIKI selalu tersedia untuk mendukung akademik maupun konseling mahasiswa INSTIKI – kampus IT, bisnis, dan desain terbaik di Bali dan Nusa Tenggara.

Ngerasa Burnout? Ini Tandanya Mahasiswa Perlu Rehat Sejenak

Ngerasa Burnout? Ini Tandanya Mahasiswa Perlu Rehat Sejenak (Photo by Getty Images)

Menjadi mahasiswa bukan cuma soal mengejar nilai bagus, ikut organisasi, atau berusaha tetap produktif di mata orang lain. Di balik semua itu, ada beban mental dan emosional yang sering kali nggak terlihat. Banyak mahasiswa sekarang mengalami burnout, yaitu kondisi ketika fisik, pikiran, dan emosi terasa benar-benar lelah sampai kehilangan motivasi. Sayangnya, banyak yang nggak sadar kalau mereka sebenarnya butuh istirahat.

Burnout bisa muncul karena banyak hal: tugas numpuk, tekanan akademik, ekspektasi keluarga, atau rutinitas kampus yang padat. Bahkan, hal-hal “sepele” seperti tidur kurang, pola makan buruk, dan minim dukungan sosial juga bisa memicu burnout. Nah, biar kamu bisa lebih aware, berikut tanda-tanda kalau kamu sedang mendekati atau bahkan sudah mengalami burnout.

Hilangnya Semangat Kuliah dan Mudah Lelah

Salah satu ciri burnout pada mahasiswa adalah hilangnya semangat untuk mengikuti perkuliahan, mengerjakan tugas, atau sekadar membuka laptop. Semua terasa berat dan melelahkan. Walaupun tetap memaksakan diri untuk kuliah atau menyelesaikan tugas, energi kamu cepat habis dan badan terasa capek terus.

Mulai Kehilangan Ketertarikan pada Tugas dan Aktivitas Akademik

Burnout bisa bikin kamu stres dan frustrasi setiap kali lihat tugas baru atau jadwal kuliah yang padat. Kamu jadi sulit fokus, merasa nggak kompeten, dan akhirnya muncul rasa benci atau malas berlebihan terhadap apa pun yang berhubungan dengan kampus. Bahkan hal yang dulu kamu suka, tiba-tiba terasa menyebalkan.

Nilai dan Performa Akademik Menurun

Karena motivasi dan fokus berkurang, performa akademik pun ikut menurun. Tugas terasa asal-asalan, materi kuliah susah masuk, dan hasil ujian jadi kurang memuaskan. Bukan karena kamu nggak mampu, tapi mental kamu lagi kelelahan.

Jadi Mudah Marah atau Sensitif

Mahasiswa yang mengalami burnout biasanya jadi lebih emosional. Hal-hal kecil seperti dosen memberikan tugas mendadak, koneksi Zoom lemot, atau teman yang nggak responsif bisa bikin kamu kesal. Ditambah lagi, tugas yang menumpuk makin memicu stres dan bikin kamu makin sensitif.

Menarik Diri dari Lingkungan Pertemanan

Ada fase di mana kamu jadi malas keluar kos, malas nongkrong, dan malas ngobrol sama teman. Kamu merasa semuanya beban dan akhirnya memilih menarik diri dari lingkungan sosial. Bukan karena nggak peduli, tapi karena mental kamu lagi lelah banget.

Mudah Sakit dan Badan Nggak Fit

Burnout pada mahasiswa yang dibiarkan bisa menurunkan imunitas tubuh. Akibatnya, kamu jadi lebih gampang sakit seperti flu, pusing, sakit perut, atau merasakan tegang di bagian leher dan bahu. Selain itu, kamu juga bisa mengalami insomnia, cemas berlebihan, bahkan tanda-tanda depresi jika stresnya terus berlanjut.

Terus, Harus Ngapain?

Kalau kamu merasa mengalami beberapa tanda di atas, itu bukan hal yang memalukan. Justru bagus karena kamu sudah sadar dan siap ambil langkah untuk pulih. Beberapa cara sederhana yang bisa kamu lakukan:

  • Istirahat sejenak: ambil waktu 1–2 hari tanpa tugas berat.
  • Kurangi beban: jangan takut bilang “nggak” kalau memang kamu udah kewalahan.
  • Coba teknik relaksasi: meditasi, journaling, atau jalan santai bisa bantu nenangin pikiran.
  • Tidur yang cukup: karena otak butuh istirahat untuk kembali optimal.
  • Cerita ke orang yang bisa dipercaya: keluarga, sahabat, atau konselor kampus.

Ingat, kamu bukan robot. Produktivitas itu penting, tapi kesehatan mental jauh lebih penting untuk kamu tetap berkembang di dunia kampus dan masa depan. Jadi, kalau kamu merasa burnout, jangan dipaksa. Take your time untuk nge-reset diri. Kadang, berhenti sebentar adalah cara terbaik untuk bisa lanjut lebih jauh.

Sumber:
Ciri-Ciri Burnout dan Cara Mengatasinya - https://www.alodokter.com/ciri-ciri-burnout-dan-cara-mengatasinya

Financial Red Flags: Tanda-tanda Keuangan Kamu Sedang Tidak Sehat

Financial Red Flags: Tanda-tanda Keuangan Kamu Sedang Tidak Sehat (Photo by Mathieu Stern)

Di era serba cepat seperti sekarang, mengatur keuangan bukan lagi sekadar kemampuan tambahan, tapi sudah jadi kebutuhan. Banyak anak muda merasa kondisi finansialnya baik-baik saja, padahal tanpa disadari sudah muncul beberapa tanda bahaya yang pelan-pelan bisa mengganggu masa depan. Inilah yang disebut financial red flags, sinyal bahwa manajemen keuanganmu perlu diperbaiki sebelum menimbulkan masalah yang lebih besar.

Terlalu Mengandalkan Paylater

Memang, paylater menawarkan kemudahan. Namun jika kamu menggunakannya hampir di setiap transaksi tanpa mempertimbangkan kemampuan bayar, ini adalah red flag yang harus diperhatikan. Terlalu banyak cicilan membuat cash flow bulanan tidak stabil dan bisa menekan penghasilanmu. Idealnya, total cicilan tidak boleh melebihi 30% dari pendapatan.

Tidak Tahu Pengeluaran Harian Lari ke Mana

Kalau setiap akhir bulan kamu bertanya-tanya, “Uangku habis buat apa?”, itu tanda bahwa pencatatan keuanganmu belum teratur. Pengeluaran kecil seperti jajan, nongkrong, atau ongkir memang terlihat sepele, tetapi jika tidak dikontrol, jumlahnya bisa membengkak. Ini salah satu red flag paling umum di kalangan anak muda.

Tidak Memiliki Tabungan atau Dana Darurat

Hidup tanpa dana cadangan ibarat berjalan tanpa pengaman. Ketika terjadi situasi mendadak seperti sakit ataupun kecelakaan, kamu bisa langsung kewalahan. Dana darurat sangat penting, idealnya sebesar 3–6 bulan pengeluaran. Jika tabunganmu masih kosong atau tidak stabil, ini berarti kondisimu belum aman.

Gaya Hidup Melebihi Penghasilan

Fenomena FOMO (fear of missing out) sering membuat pengeluaran membengkak. Ikut tren, sering nongkrong, traveling mendadak, hingga membeli barang demi gengsi adalah beberapa contoh gaya hidup yang bisa melampaui batas kemampuan finansial. Jika kamu sering memaksakan diri hanya demi “tetap terlihat update”, itu adalah red flag yang patut diwaspadai.

Investasi Tanpa Pemahaman yang Jelas

Investasi memang menarik dan kini semakin mudah diakses. Namun, jika kamu berinvestasi hanya karena ikut-ikutan tanpa riset, kamu sedang mengambil risiko besar. Banyak anak muda terjebak pada skema investasi bodong karena kurangnya literasi finansial. Ingat, investasi yang sehat harus berbasis pengetahuan, bukan sekadar tren.

Tidak Punya Tujuan Keuangan Jangka Panjang

Jika kamu hanya fokus pada kebutuhan saat ini tanpa memikirkan masa depan, itu juga merupakan tanda bahaya. Tujuan seperti menabung untuk pendidikan, membeli rumah, atau mempersiapkan dana pensiun sangat penting untuk direncanakan sejak dini. Tanpa target yang jelas, kamu akan lebih mudah menghabiskan uang untuk hal yang tidak terlalu penting.

Pengeluaran Kecil Tapi Konsisten

Bukan hanya pembelian besar yang mengganggu keuangan. Pengeluaran kecil yang dilakukan terus-menerus juga bisa menggerus saldo. Misalnya membeli kopi setiap hari, langganan aplikasi yang tidak terpakai, atau jajan impulsif. Jika kebiasaan ini terjadi tanpa kontrol, ini termasuk red flag yang sering diabaikan.

Mengenali financial red flags adalah langkah awal untuk membangun keuangan yang lebih sehat. Tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki diri. Mulailah dengan hal sederhana: catat pengeluaran, batasi cicilan, bangun dana darurat, dan tingkatkan literasi keuangan. Manajemen finansial yang baik bukan hanya membuat hidup lebih tenang, tetapi juga membuka jalan menuju masa depan yang lebih stabil dan terencana.

Mengenal Cyberbullying: Ancaman Nyata di Era Serba Online

Mengenal Cyberbullying: Ancaman Nyata di Era Serba Online (Photo by: Getty Images)

Di era serba digital seperti sekarang, hampir semua aktivitas kita terhubung dengan internet, mulai dari ngobrol, belajar, bekerja, hingga hiburan. Media sosial pun jadi tempat kita berbagi momen, berinteraksi, dan mengekspresikan diri. Tapi di balik kemudahannya, dunia digital juga punya sisi gelap, salah satunya cyberbullying. Istilah ini mungkin sering kamu dengar, tetapi nggak semua orang benar-benar paham seberapa serius dampaknya.

Apa Sih Cyberbullying Itu?

Cyberbullying adalah tindakan menyakiti, mengintimidasi, mempermalukan, atau menyerang seseorang lewat perangkat digital. Dilansir dari Unicef, Cyberbullying (perundungan dunia maya) adalah bullying/perundungan dengan menggunakan teknologi digital. Hal ini dapat terjadi di media sosial, platform chatting, platform bermain game, dan ponsel. Cyberbullying merupakan perilaku berulang yang ditujukan untuk menakuti, membuat marah, atau mempermalukan mereka yang menjadi sasaran. Contohnya termasuk:

  • Menyebarkan kebohongan tentang seseorang atau memposting foto memalukan tentang seseorang di media sosial
  • Mengirim pesan atau ancaman yang menyakitkan melalui platform chatting, menuliskan kata-kata menyakitkan pada kolom komentar media sosial, atau memposting sesuatu yang memalukan/menyakitkan
  • Meniru atau mengatasnamakan seseorang (misalnya dengan akun palsu atau masuk melalui akun seseorang) dan mengirim pesan jahat kepada orang lain atas nama mereka
  • Trolling – pengiriman pesan yang mengancam atau menjengkelkan di jejaring sosial, ruang obrolan, atau game online
  • Mengucilkan, mengecualikan, anak-anak dari aktivitas atau grup pertemanan
  • Menyiapkan/membuat situs atau grup (group chat, room chat) yang berisi kebencian tentang seseorang atau dengan tujuan untuk menebar kebencian terhadap seseorang
  • Menghasut anak-anak atau remaja lainnya untuk mempermalukan seseorang
  • Memberikan suara untuk atau menentang seseorang dalam jajak pendapat yang melecehkan
  • Membuat akun palsu, membajak, atau mencuri identitas online untuk mempermalukan seseorang atau menyebabkan masalah dalam menggunakan nama mereka
  • Memaksa anak-anak agar mengirimkan gambar sensual atau terlibat dalam percakapan seksual

Dampaknya Nggak Main-main

Meskipun “hanya lewat internet”, dampak cyberbullying sangat nyata bagi korban. Beberapa efek yang sering muncul mulai dari:

  • Stres dan rasa takut berlebihan
  • Menurunnya rasa percaya diri
  • Enggan berinteraksi dengan orang lain
  • Prestasi belajar atau kerja menurun
  • Risiko depresi hingga gangguan mental lainnya

Bagi sebagian orang, satu komentar negatif mungkin dianggap sepele. Tapi bagi korban, ini bisa jadi beban mental yang sangat berat.

Cara Menghindari dan Mengatasinya

Supaya lebih aman dan bijak di dunia digital, ini beberapa langkah yang bisa kamu lakukan:

  • Atur privasi akunmu
  • Jangan asal menerima permintaan pertemanan
  • Batasi komentar yang tidak penting
  • Simpan bukti (screenshot) jika perlu tindak lanjut
  • Gunakan fitur report pada platform sosial media
  • Ceritakan ke orang yang kamu percaya atau pihak berwenang
  • Batasi penggunaan media sosial

Cyberbullying bukan sekadar masalah “drama online”. Ini adalah bentuk perundungan yang bisa merusak mental, hubungan sosial, bahkan masa depan seseorang. Maka dari itu, penting bagi kita untuk lebih bijak dalam menggunakan media sosial. Mulai dari diri sendiri: pikirkan dulu sebelum posting, komentar, atau membagikan sesuatu. Dunia digital bisa jadi tempat yang lebih aman dan nyaman kalau kita semua saling menjaga.

Sumber:
Cyberbullying: What is it and how to stop it  - https://www.unicef.org/indonesia/child-protection/what-is-cyberbullying?disableGlobalInfoCollect=false
4 Cara Mencegah Cyberbullying di Media Sosial - https://www.halodoc.com/artikel/4-cara-mencegah-cyberbullying-di-media-sosial?srsltid=AfmBOopQQYeAwDYXzpgVC89z_8IigvyvaLUTJWsaE9qtYSzwVClTLzBc

Malam Keakraban UKM INSTIKI Music Vocal: Rayakan Kebersamaan Lewat Musik & Kreativitas

Malam Keakraban UKM INSTIKI Music Vocal: Rayakan Kebersamaan Lewat Musik & Kreativitas

UKM INSTIKI Music Vocal sukses menyelenggarakan kegiatan Malam Keakraban pada 16 November 2025 bertempat di BAS Coworking Coffee Resto. Kegiatan ini menjadi momentum penting untuk mempererat tali persaudaraan, menumbuhkan rasa kebersamaan, serta membangun hubungan yang lebih solid antaranggota UKM. Melalui rangkaian acara yang hangat, Makrab tahun ini menghadirkan pengalaman bermakna yang memperkuat rasa kekeluargaan dalam lingkungan UKM INSTIKI Music Vocal.

Memasuki sesi utama, panggung Makrab diisi dengan penampilan dari band-band internal UKM INSTIKI Music Vocal. Empat band tampil mempersembahkan karya dan aransemen terbaik mereka, yaitu Izin Ngeband, Mystic, Random Band, dan Flora. Setiap band menampilkan karakter musikal unik yang berhasil menghidupkan suasana serta memancing antusiasme seluruh peserta. Kehadiran penampilan internal ini tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga ruang ekspresi dan apresiasi terhadap karya anggota UKM sendiri.

Setelah penampilan internal selesai, acara dilanjutkan dengan pembagian hadiah lomba LDO sebagai bentuk apresiasi kepada peserta yang sebelumnya telah memenangkan lomba. Kemudian, penampilan musik kembali berlanjut dengan hadirnya dua band internal lainnya, yaitu Dreavyn dan The Drave. Kedua band ini memberikan warna musik yang berbeda dan memperkuat energi positif sepanjang acara. Memasuki puncak acara, Makrab menghadirkan Guest Talent Performance dari empat band tamu: Forever Attack, Strangehold, After The Day, dan Belalang Tempur. Kehadiran mereka memberikan nuansa pertunjukan musik yang makin beragam. Penampilan para guest talent ini menghadirkan energi baru, menambah kemeriahan, serta memberikan inspirasi musikal bagi anggota UKM INSTIKI Music Vocal. Para peserta tampak antusias menikmati setiap penampilan yang berlangsung.

Suasana sepanjang acara berlangsung hangat dan penuh kegembiraan. Melalui acara ini, setiap anggota mendapatkan kesempatan untuk saling mengenal lebih dekat, memperluas relasi, serta merayakan keberagaman musicality yang ada di dalam UKM. Makrab tahun ini tidak hanya menghadirkan hiburan, tetapi juga memperkuat jalinan keluarga besar UKM INSTIKI Music Vocal yang semakin solid, kreatif, dan kompak.

Tips Menghadapi UTS

Tips Menghadapi UTS

Ujian Tengah Semester (UTS) sering kali menjadi momen yang menegangkan bagi banyak mahasiswa. Tekanan tugas, materi yang menumpuk, hingga rasa cemas menjelang ujian bisa membuat konsentrasi terganggu. Namun, dengan strategi yang tepat, UTS tidak harus menjadi momok yang menakutkan. Justru, ini bisa menjadi ajang untuk mengukur pemahaman, memperbaiki kesalahan, dan menguatkan kembali semangat belajar. Berikut beberapa tips praktis agar kamu bisa menghadapi UTS dengan lebih percaya diri dan efektif.

1. Buat Jadwal Belajar yang Realistis

Mulailah dengan menyusun jadwal belajar beberapa hari atau minggu sebelum ujian. Pisahkan waktu antara mata kuliah yang kamu kuasai dan yang membutuhkan perhatian ekstra. Jangan lupa sisipkan waktu istirahat, karena otak butuh jeda untuk memproses informasi. Jadwal yang realistis akan membantumu lebih konsisten tanpa merasa terbebani.

2. Pelajari Materi Berdasarkan Prioritas

Tidak semua materi memiliki tingkat kesulitan yang sama. Identifikasi materi yang paling sering keluar di ujian atau yang belum kamu pahami. Fokuskan energi pada bagian tersebut terlebih dahulu. Dengan memahami prioritas, kamu bisa belajar lebih efisien dan hemat waktu.

3. Gunakan Teknik Belajar yang Sesuai

Setiap orang memiliki gaya belajar yang berbeda, ada yang visual, ada yang auditori, dan ada pula yang kinestetik. Pilih metode belajar yang paling cocok denganmu. Beberapa teknik seperti mind mapping, ringkasan poin penting, atau latihan soal dapat membantu memperkuat pemahaman. Latihan soal khususnya efektif untuk mengukur sejauh mana kemampuanmu.

4. Jaga Kesehatan Fisik dan Mental

Belajar tanpa henti bukan solusi. Pastikan kamu tetap makan teratur, minum cukup air, dan tidur yang cukup. Kekurangan tidur justru membuat otak sulit fokus dan mengingat materi. Selain itu, cobalah teknik relaksasi seperti napas dalam atau stretching ringan agar tubuh tetap segar.

5. Hindari Belajar Sistem Kebut Semalam (SKS)

Belajar mendadak mungkin terlihat menggoda, tetapi sering kali hasilnya tidak maksimal. Informasi sulit melekat dalam waktu singkat dan kamu bisa kelelahan saat ujian. Mulailah belajar lebih awal agar tubuh dan pikiran lebih siap saat hari ujian tiba.

6. Cari Grup Belajar atau Teman Diskusi

Diskusi dengan teman bisa membuatmu melihat materi dari sudut pandang yang berbeda. Selain itu, menjelaskan materi kepada orang lain adalah cara ampuh untuk mengukur tingkat pemahamanmu sendiri. Pastikan grup belajar tetap terarah agar tidak berubah jadi sesi nongkrong.

7. Siapkan Semua Keperluan Ujian

Beberapa hari sebelum ujian, pastikan kamu sudah mengetahui jadwal, ruang ujian, aturan, dan perlengkapan yang harus dibawa. Dengan persiapan yang matang, kamu bisa menghindari kepanikan di hari H.

8. Tetap Tenang dan Percaya Diri

Saat mengerjakan soal, bacalah dengan teliti, atur waktu dengan baik, dan kerjakan soal yang kamu anggap mudah terlebih dahulu. Jika menemui soal sulit, jangan panik, tinggalkan dulu dan kembali nanti. Sikap tenang dapat membuat proses berpikir lebih jernih.

UTS bukan sekadar ujian akademik, tetapi juga latihan manajemen diri. Dengan pola belajar yang baik, disiplin, dan kesiapan mental, kamu bisa melewatinya dengan hasil yang memuaskan. Ingat, proses lebih penting daripada panik mendadak. Siapkan diri, tetap fokus, dan percaya bahwa kamu bisa! Semangat menghadapi UTS! 

Jenis-jenis Bullying Masa Kini, Kenali, Cegah, dan Lawan Bersama

Jenis-jenis Bullying Masa Kini, Kenali, Cegah, dan Lawan Bersama (Photo by Road Ahead)

Bullying bukan fenomena baru, tetapi wujudnya terus berubah seiring perkembangan teknologi dan budaya. Di era digital sekarang, bullying hadir dalam bentuk yang lebih halus sekaligus lebih meluas, bisa menimpa siapa saja, kapan saja, dan menyebar ke banyak orang dalam hitungan detik. Agar kita lebih waspada dan bertindak, berikut jenis-jenis bullying yang umum terjadi saat ini.

1. Bullying fisik

Bullying fisik contohnya seperti dorongan, pukulan, perusakan barang, atau tindakan fisik lain yang melukai. Meski terlihat langsung, bullying fisik kini sering dipadukan dengan aksi pamer di media sosial.

2. Bullying verbal

Pelecehan lewat kata-kata, ejekan, hinaan, ancaman, atau hinaan berdasarkan ras, agama, orientasi seksual, atau penampilan. Kata-kata yang diucapkan dapat meninggalkan luka psikologis jangka panjang.

3. Social/relational bullying (bullying relasional)

Tindakan untuk mengecualikan, menyebarkan gosip, memutus hubungan pertemanan, atau memanipulasi lingkaran sosial korban sehingga ia terasing. Bentuk ini sering sulit terdeteksi karena terjadi di balik layar interaksi sosial.

4. Cyberbullying

Salah satu yang paling menonjol di era modern: bullying melalui platform digital, komentar menghina di media sosial, pesan ancaman, membuat akun palsu untuk memfitnah, atau menyebarkan foto/video tanpa izin. Dampaknya bisa sangat besar karena publikasi yang cepat dan sulit dikendalikan.

5. Doxxing dan privasi terlanggar

Menyebarkan data pribadi (alamat, nomor telepon, foto keluarga) sebagai bentuk intimidasi. Ini merusak rasa aman korban dan berpotensi mengakibatkan ancaman nyata di dunia fisik.

6. Bullying akademik dan profesional

Tindakan merendahkan, menghalangi kesempatan, atau mengintimidasi rekan sejawat/mahasiswa di lingkungan sekolah, kampus, atau tempat kerja. Di perguruan tinggi, ini bisa muncul sebagai sabotase tugas, pelecehan oleh atasan, atau diskriminasi dalam penilaian.

7. Body-shaming dan bullying berbasis penampilan

Mengomentari atau mengejek tubuh, berat badan, gaya berpakaian, atau bentuk tubuh lainnya, sering terjadi di media sosial dan mudah menyebar karena kultur “likes” dan komentar.

8. Bullying seksual dan sextortion

Paksaan seksual, komentar bernada seksual, hingga pemerasan dengan materi intim (sextortion). Ini termasuk kejahatan serius yang harus ditangani secara hukum.

Kita Semua Punya Peran Menghentikan Bullying

Bullying bukan sekadar “hanya bercanda”, efeknya nyata: kecemasan, depresi, penurunan prestasi, bahkan keinginan menyakiti diri. Untuk itu, mari kita lakukan hal sederhana namun bermakna:

  • Jangan menjadi penonton. Laporkan dan beri dukungan kepada korban.
  • Pikir dua kali sebelum menulis atau membagikan sesuatu yang bisa melukai orang lain.
  • Berempati dan gunakan bahasa yang menghargai sejak dini.
  • Bila mengetahui pelaku, ajak dia bertanggung jawab dan belajar meminta maaf.
  • Institusi pendidikan dan tempat kerja harus menyediakan mekanisme pengaduan yang aman dan tindakan tegas.

Jika kamu atau temanmu mengalami bullying, jangan ragu mencari bantuan. Help Desk INSTIKI siap membantu civitas akademika INSTIKI melalui bantuan hingga pendampingan.

Sumber: UNICEF — informasi tentang bullying dan perlindungan anak; World Health Organization (WHO) — kesehatan mental remaja; Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) — pedoman pencegahan bullying