10 Istilah Penting dalam Dunia Animasi yang Wajib Kamu Tahu

10 Istilah Penting dalam Dunia Animasi yang Wajib Kamu Tahu

Dunia animasi terus berkembang pesat, terutama dengan hadirnya teknologi digital yang membuat proses produksi semakin kreatif dan efisien. Baik kamu seorang pemula, mahasiswa desain, ataupun penggemar film animasi, memahami istilah-istilah dasar dalam animasi sangat penting untuk memperluas wawasan sekaligus memudahkan komunikasi saat berkarya. Berikut 10 istilah utama dalam dunia animasi yang perlu kamu ketahui!

1. Frame

Frame adalah satu gambar tunggal dalam rangkaian animasi. Ketika ratusan hingga ribuan frame ditampilkan secara berurutan dengan kecepatan tertentu, terciptalah ilusi gerak. Semakin banyak frame per detik (fps), semakin halus animasinya.

2. Frame Rate (FPS)

Frame Rate adalah jumlah frame yang ditampilkan per detik. Animasi biasanya menggunakan 24 fps untuk hasil yang natural, sementara game sering menggunakan 30–60 fps agar responsif.

3. Keyframe

Keyframe adalah frame penting yang menandai perubahan posisi, pose, atau ekspresi karakter. Animator membuat keyframe utama terlebih dahulu, lalu komputer atau animator lain melengkapi frame di antaranya.

4. Inbetweening (Tweening)

Inbetweening adalah proses membuat frame-frame di antara keyframe. Dalam animasi digital, tweening sering dilakukan otomatis oleh software. Proses ini menentukan kelancaran transisi gerakan.

5. Rigging

Rigging adalah pembuatan “tulang” atau struktur kontrol pada karakter 3D sehingga dapat digerakkan. Tanpa rigging, karakter 3D tidak bisa dianimasikan.

6. Modeling

Modeling adalah proses membuat bentuk tiga dimensi dari karakter, objek, atau lingkungan. Hasil modeling kemudian bisa diberi tekstur, rigging, dan dianimasikan.

7. Rendering

Rendering adalah proses akhir untuk mengubah model 3D beserta cahaya, warna, tekstur, dan animasinya menjadi gambar atau video final. Proses ini bisa memakan waktu lama tergantung kompleksitas adegan.

8. Storyboard

Storyboard adalah sketsa berurutan yang menggambarkan alur cerita, pergerakan kamera, dan adegan animasi. Storyboard membantu tim memahami arah produksi sebelum proses animasi dimulai.

9. Compositing

Compositing adalah penggabungan berbagai elemen visual seperti animasi, background, efek visual, dan warna menjadi satu kesatuan gambar yang final. Tahap ini penting untuk menyatukan seluruh aspek dalam satu frame.

10. Motion Capture (MoCap)

Motion Capture adalah teknik menangkap gerakan manusia secara real-time menggunakan sensor atau kamera khusus. Data gerakan kemudian diterapkan pada karakter 3D agar terlihat lebih realistis.

Memahami istilah-istilah dasar tersebut akan membantumu mengerti proses pembuatan animasi secara lebih menyeluruh. Dari frame hingga motion capture, setiap istilah memiliki perannya masing-masing dalam menciptakan karya animasi yang memukau. Jika kamu ingin mendalami dunia animasi, mengenal istilah ini adalah langkah awal yang tepat!

Sebagai salah satu prodi kreatif unggulan, Desain Komunikasi Visual (DKV) INSTIKI terus mendorong mahasiswanya untuk menguasai dunia desain hingga animasi secara profesional. Melalui kurikulum berbasis praktik, kolaborasi lintas disiplin, serta dukungan fasilitas digital yang lengkap, mahasiswa DKV INSTIKI dibimbing untuk mampu menghasilkan karya animasi yang inovatif, komunikatif, dan relevan dengan kebutuhan industri kreatif masa kini. Dengan fondasi pengetahuan yang kuat, lulusan DKV INSTIKI siap bersaing dan berkontribusi dalam dunia animasi baik di tingkat nasional maupun internasional. Gimana, siap bergabung menjadi bagian dari DKV INSTIKI? Yuk gabung sekarang juga!

4 Tips Jago Presentasi: Biar Makin Percaya Diri di Depan Publik

4 Tips Jago Presentasi: Biar Makin Percaya Diri di Depan Publik

Bagi banyak orang, presentasi sering dianggap sebagai momen yang menegangkan. Tangan dingin, suara bergetar, dan pikiran tiba-tiba blank adalah hal yang cukup umum terjadi. Padahal, kemampuan presentasi merupakan skill penting dalam dunia akademik maupun profesional. Kabar baiknya, rasa gugup sebenarnya bisa diatasi kalau kamu tahu cara mempersiapkan diri dengan tepat. Berikut empat tips jitu yang bisa membantumu tampil lebih percaya diri dan efektif di depan publik.

1. Kuasai Materi dengan Baik

Rasa percaya diri biasanya muncul ketika kamu benar-benar memahami apa yang ingin disampaikan. Tanpa penguasaan materi, presentasi mudah kacau, apalagi jika muncul pertanyaan dari audiens. Dengan menguasai isi presentasi, kamu bisa berbicara lebih natural, fleksibel, dan tidak mudah panik ketika menghadapi situasi tak terduga.

Cara menguasai materi dengan efektif antara lain:

  • Buat outline sederhana yang berisi poin-poin utama.
  • Pahami alur, bukan hafalan kata demi kata.
  • Lakukan riset tambahan agar kamu punya wawasan lebih luas.

2. Latihan: Kunci Utama Tampil Maksimal

Latihan bukan hanya membuatmu lancar berbicara, tetapi juga membantu membangun memori dan meningkatkan kepercayaan diri. Semakin sering kamu latihan, semakin terbiasa tubuh dan pikiranmu menghadapi situasi presentasi, sehingga rasa gugup akan berkurang dengan sendirinya.

Beberapa cara latihan yang bisa dilakukan:

  • Latihan sambil berdiri di depan cermin untuk melihat ekspresi dan gesture tubuh.
  • Rekam video latihanmu untuk mengevaluasi bagian mana yang perlu diperbaiki.
  • Presentasikan di depan teman, keluarga, atau rekan kerja untuk mendapatkan masukan.

3. Gunakan Bahasa Tubuh yang Tepat

Bahasa tubuh punya peran besar dalam membentuk citra dirimu di depan audiens. Postur yang tegap, senyum ringan, dan kontak mata yang cukup dapat membuatmu terlihat lebih percaya diri meski jantungmu berdebar. Bahasa tubuh yang positif bukan hanya membuat presentasimu lebih menarik, tetapi juga membantu mengirim sinyal pada otak bahwa kamu siap dan menguasai situasi.

Beberapa tips bahasa tubuh:

  • Berdirilah dengan posisi stabil.
  • Gunakan tangan untuk mempertegas poin, bukan bergerak tanpa arah.
  • Arahkan pandangan ke seluruh ruangan agar audiens merasa dilibatkan.

4. Kelola Rasa Gugup dengan Teknik Sederhana

Setiap orang pasti pernah merasa gugup, bahkan pembicara profesional sekalipun. Bedanya, mereka tahu cara mengelolanya.

Cobalah teknik berikut:

  • Tarik napas dalam selama beberapa kali sebelum naik ke panggung.
  • Minum sedikit air untuk merilekskan tenggorokan.
  • Datang lebih awal supaya kamu bisa mengenali ruangan dan audiens.
    Ketika pikiranmu lebih tenang, alur presentasimu akan jauh lebih mulus.

Menjadi jago presentasi tidak terjadi dalam semalam, tetapi setiap orang bisa meningkat dengan latihan dan strategi yang tepat. Dengan menguasai materi, rutin berlatih, memanfaatkan bahasa tubuh yang baik, serta mengelola rasa gugup, kamu bisa tampil lebih percaya diri dan memukau audiens. Presentasi bukan lagi momok menakutkan, tetapi kesempatan untuk menunjukkan kemampuan terbaikmu. Semangat mencoba! 

Kuat dalam Kinerja Kemahasiswaan, INSTIKI Raih Predikat “Baik Sekali”

Kuat dalam Kinerja Kemahasiswaan, INSTIKI Raih Predikat “Baik Sekali”

Kampus IT, bisnis, dan desain terbaik di Bali dan Nusa Tenggara, Institut Bisnis dan Teknologi Indonesia (INSTIKI) kembali mencatatkan capaian membanggakan dalam peningkatan mutu kinerja dan tata kelola kemahasiswaan. Berdasarkan Pengumuman Hasil Penilaian SIMKATMAWA 2025 yang diterbitkan oleh Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi pada 17 November 2025, INSTIKI resmi meraih predikat Baik Sekali dalam klaster perguruan tinggi akademik.

Sistem Informasi Kinerja dan Tata Kelola Kemahasiswaan atau yang disingkat SIMKATMAWA merupakan instrumen nasional yang digunakan untuk menilai kualitas kelembagaan, prestasi, dan aktivitas kemahasiswaan di seluruh perguruan tinggi Indonesia. Pada tahun ini, penilaian dilakukan berdasarkan dokumen tahun 2024 yang dilaporkan oleh perguruan tinggi, meliputi tiga komponen utama, mulai dari Kelembagaan Kemahasiswaan, Kegiatan Mandiri (Prestasi dan Rekognisi Non Lomba), serta Kegiatan Direktorat Belmawa.

Predikat Baik Sekali yang diraih INSTIKI menggambarkan solidnya tata kelola kemahasiswaan serta meningkatnya rekognisi atas berbagai aktivitas, karya, dan prestasi mahasiswa. Dengan berada pada Klaster II Perguruan Tinggi Akademik (jumlah mahasiswa < 7.000), INSTIKI berhasil memenuhi kriteria nilai 200–499 untuk kategori Baik Sekali, sebagaimana tercantum dalam pedoman penilaian yang telah ditetapkan. Capaian ini menunjukkan bahwa INSTIKI tidak hanya membuat kemajuan signifikan, tetapi juga mampu bersaing dengan berbagai perguruan tinggi lainnya pada tingkat nasional.

Keberhasilan ini tidak terlepas dari kontribusi Direktorat Kemahasiswaan INSTIKI dengan dukungan penuh seluruh civitas akademika INSTIKI. Selama tahun 2024, berbagai program kemahasiswaan di INSTIKI terus bertumbuh, baik dari segi jumlah aktivitas maupun kualitas capaian. Mahasiswa INSTIKI aktif berpartisipasi dalam kegiatan kemahasiswaan, pengembangan diri, kompetisi, karya inovatif, hingga kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang memberikan dampak bagi masyarakat luas.

Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan memberikan apresiasi kepada seluruh perguruan tinggi yang telah menunjukkan komitmen dalam meningkatkan mutu layanan kemahasiswaan. “Kami mengapresiasi kontribusi dan komitmen perguruan tinggi dalam peningkatan tata kelola kemahasiswaan melalui partisipasi aktif pada SIMKATMAWA. Hasil penilaian ini diharapkan menjadi dasar untuk peningkatan kualitas layanan, peningkatan prestasi, dan pengembangan aktivitas kemahasiswaan di perguruan tinggi.”

Pencapaian ini diharapkan menjadi pemacu semangat bagi INSTIKI untuk terus meningkatkan capaian prestasi di tahun-tahun berikutnya dengan selalu memegang teguh value INSTIKI “Menjadi dan memberi”. Dengan semakin berkembangnya ekosistem kemahasiswaan yang adaptif sekaligus inovatif, INSTIKI siap memperkuat posisi sebagai institusi pendidikan tinggi yang unggul di bidang IT, bisnis, desain.

Akses Pengumuman Hasil Penilaian SIMKATMAWA 2025 di sini!

Mental Health Awareness: Mengapa Kesehatan Mental Penting bagi Mahasiswa?

Mental Health Awareness: Mengapa Kesehatan Mental Penting bagi Mahasiswa?

Di tengah padatnya aktivitas kuliah, tuntutan tugas, organisasi, hingga pekerjaan part time, mahasiswa sering kali terjebak dalam rutinitas yang menguras energi fisik dan emosional. Banyak dari mereka yang berfokus mengejar prestasi akademik tanpa menyadari bahwa kesehatan mental merupakan fondasi utama untuk tetap produktif, kreatif, dan mampu berkembang secara berkelanjutan. Karenanya, mental health awareness bukan lagi sekadar isu, tetapi sudah menjadi kebutuhan penting di lingkungan pendidikan tinggi.

Berdasarkan Laporan Riskesdas 2024 mencatat prevalensi gangguan mental emosional pada remaja dan dewasa muda di Indonesia mencapai 13,5% pada kelompok usia 15–24 tahun. Angka ini tidak bisa dianggap kecil. Sementara itu, Katadata Insight Center (KIC) 2024 menemukan bahwa 1 dari 4 Gen Z di perkotaan pernah mengalami gejala depresi atau kecemasan berlebih. Tekanan akademis, tuntutan ekonomi, budaya kerja yang serba cepat, hingga kebiasaan membandingkan diri dengan orang lain di media sosial membuat mereka berada di posisi rawan yang disebut jadi “overthingking”.

Dampak Jika Kesehatan Mental Diabaikan

Mengabaikan kesehatan mental mahasiswa bisa menimbulkan berbagai konsekuensi serius:

  • Penurunan performa akademik — mahasiswa dengan stres, kecemasan, atau depresi berat cenderung sulit berkonsentrasi, kehilangan motivasi, atau bahkan drop out.
  • Kualitas hidup memburuk — gangguan tidur, mood yang naik-turun, rasa cemas atau putus asa bisa mempengaruhi keseharian dan kesejahteraan secara umum.
  • Gangguan relasi sosial — mahasiswa bisa menarik diri dari pertemanan, merasa terisolasi, atau kesulitan bersosialisasi karena beban mental.
  • Risiko kesehatan jangka panjang — jika tidak ditangani, stres kronis dan depresi bisa berkembang menjadi gangguan mental yang lebih serius.

Apa yang Bisa Dilakukan Mahasiswa?

Untuk membantu menjaga kesehatan mental mahasiswa, beberapa langkah berikut bisa diambil:

  • Mahasiswa sendiri perlu membangun kebiasaan hidup sehat — atur jadwal tidur, olahraga rutin, batasi beban kerja jika memungkinkan, dan sediakan waktu untuk istirahat maupun hiburan.
  • Kesadaran & literasi mental — dorong diskusi terbuka soal kesehatan mental, pahami gejala stres/depresi, dan tanamkan bahwa meminta bantuan adalah tindakan berani, bukan kelemahan.
  • Dukungan sosial — teman, keluarga, komunitas kampus bisa berperan besar: mendengarkan tanpa menghakimi, memberi empati, saling bantu ketika ada yang kesulitan.
  • Manajemen waktu & prioritas — belajar untuk berkata “tidak” ketika terlalu banyak beban, alokasikan waktu untuk istirahat, belajar, kerja, dan kehidupan pribadi secara seimbang.

Kesehatan mental bukan sekadar “masalah pribadi”, melainkan bagian penting dari keseluruhan kesejahteraan mahasiswa. Dengan data yang menunjukkan bahwa banyak generasi muda di dunia maupun di Indonesia berjuang menghadapi stres, kecemasan, depresi, hingga gangguan tidur, jelas bahwa perhatian terhadap isu ini sangat dibutuhkan.

Mahasiswa yang sehat secara mental tidak hanya lebih mampu menghadapi akademik dan kehidupan kampus, tetapi juga lebih siap membangun karier dan kehidupan pasca-kuliah. Oleh karena itu, kesadaran dan penerimaan terhadap kesehatan mental harus terus didorong baik dari diri sendiri, teman, keluarga, maupun institusi kampus.

INSTIKI Ikuti Deklarasi Kampus Siaga Bencana: Langkah Besar Bali Perkuat Pertahanan Akademik terhadap Risiko Bencana

INSTIKI Ikuti Deklarasi Kampus Siaga Bencana: Langkah Besar Bali Memperkuat Pertahanan Akademik terhadap Risiko Bencana

Dalam sebuah momentum yang dinilai krusial bagi dunia pendidikan tinggi di Bali, Institut Bisnis dan Teknologi Indonesia (INSTIKI) resmi mengikuti Deklarasi Kampus Siaga Bencana yang digelar oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali bersama LLDIKTI Wilayah VIII pada Selasa, 25 November 2025 bertempat di BPBD Provinsi Bali. Acara yang berlangsung tidak hanya menjadi seremoni, tetapi dianggap sebagai tonggak awal lahirnya lingkungan kampus yang lebih tangguh, responsif, dan berdaya hadapi ancaman bencana.

Kegiatan ini mendapatkan perhatian luas karena Bali sebagai wilayah dengan tingkat kerawanan tinggi, mulai dari gempa bumi, erupsi gunung berapi, hingga cuaca ekstrem sehingga membutuhkan institusi pendidikan yang mampu menjadi garda depan edukasi dan mitigasi bencana. Dalam deklarasi tersebut, INSTIKI menandaskan bahwa kesiapsiagaan bencana harus menjadi kesadaran kolektif, bukan hanya tugas lembaga pemerintah. Dunia pendidikan memiliki tanggung jawab moral untuk mempersiapkan generasi muda menghadapi realitas risiko bencana yang semakin meningkat.

“Perguruan tinggi bukan hanya tempat belajar, tetapi ruang aman bagi ribuan mahasiswa. Oleh karena itu, sistem perlindungan dan mitigasi harus menjadi prioritas,” dalam deklarasi perguruan tinggi swasta se-Bali yang menyatakan komitmen untuk mewujudkan kampus yang aman/tanggap dan siaga bencana. Kampus sebagai pusat edukasi kebencanaan dan pusat inovasi pengurangan risiko bencana. Menjadikan kampus sebagai ruang pembelajaran bagi masyarakat melalui pengajaran, penelitian serta pengabdian kepada masyarakat. Salah satu poin paling penting dalam deklarasi ini adalah integrasi materi kebencanaan dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Langkah Konkret INSTIKI Menuju Kampus Tangguh

Sebagai bagian dari dukungan program kampus siaga bencana, INSTIKI telah membuat kajian resiko bencana kampus INSTIKI. Memulai memperhatikan  titik rawan kampus, mulai dari struktur bangunan, jalur evakuasi, sistem kelistrikan, hingga kemungkinan dampak gempa dan kebakaran. Pembentukan Satgas Siaga Bencana serta Implementasi Sistem Peringatan Dini Kampus.

Tentunya, kampus siaga bencana  memberikan dampak baik terhadap meningkatkan kesiapsiagaan ribuan civitas kampus dalam menghadapi bencana. Mendorong kesadaran mitigasi di masyarakat melalui peran aktif mahasiswa. Memacu inovasi teknologi kebencanaan dari lingkungan akademis. Membantu pemerintah daerah memperluas jaringan edukasi bencana. Menjadikan kampus sebagai ruang aman di tengah tingginya potensi risiko bencana di Bali. Melihat urgensi ancaman bencana yang semakin tidak terprediksi, deklarasi ini bukan hanya peristiwa penting, tetapi menjadi bagian dari strategi besar memastikan dunia pendidikan berada di garis depan perlindungan masyarakat.

Workshop IDC x Road to DevFest Ajak Upgrade Skill Frontend!

Unit Kegiatan Mahasiswa INSTIKI Developer Club (IDC) kembali menunjukkan perannya sebagai wadah pengembangan minat dan bakat mahasiswa di bidang teknologi melalui penyelenggaraan Workshop IDC x Road to DevFest pada Minggu, 23 November 2025 di Lab B INSTIKI. Mengusung tema “Kickstart Your Frontend Journey with Vue.js”, kegiatan ini menghadirkan pembelajaran mengenai salah satu framework frontend modern yang banyak digunakan dalam industri teknologi saat ini.

Workshop ini menghadirkan narasumber I Putu Adi Santika Jaya, seorang Team Member Google Developer Groups (GDG) Bali. Dalam sesi pemaparannya, Beliau membahas secara komprehensif mengenai Vue.js, sebuah framework JavaScript yang dikenal ringan, fleksibel, dan mudah dipelajari bagi para pengembang web pemula maupun tingkat lanjut. Sebagai awal, peserta diperkenalkan pada konsep dasar Vue.js serta alasan mengapa framework ini menjadi pilihan banyak perusahaan teknologi, baik skala startup maupun enterprise. Narasumber juga menjelaskan keunggulan Vue.js yang memiliki struktur sederhana, dokumentasi lengkap, serta ekosistem yang terus berkembang.

Materi selanjutnya masuk ke tahap teknis, dimulai dari instalasi Node.js sebagai fondasi lingkungan pengembangan modern. Peserta kemudian diajak mempraktikkan penggunaan Git, alat version control yang wajib dikuasai bagi setiap developer untuk mendukung kolaborasi dalam proyek teknologi. Setelah itu, workshop berlanjut pada proses instalasi Vue.js. Tidak hanya teori, kegiatan ini dirancang dengan pendekatan praktik langsung. Peserta diajak membuat aplikasi sederhana menggunakan Vue.js. Praktik ini memberikan gambaran nyata mengenai bagaimana Vue.js digunakan dalam membangun aplikasi yang interaktif dan responsif.

Workshop ini juga menjadi ruang diskusi interaktif, di mana peserta dapat mengajukan pertanyaan terkait tantangan yang mereka hadapi saat belajar frontend development. Narasumber memberikan berbagai tips, best practice, serta insight industri yang sangat bermanfaat, terutama bagi mahasiswa yang ingin memulai karier sebagai frontend developer. Dengan berlangsungnya Workshop IDC x Road to DevFest, UKM IDC kembali menunjukkan komitmennya dalam menghadirkan ruang belajar berkualitas, relevan dengan kebutuhan industri teknologi masa kini. Melalui kolaborasi dengan komunitas seperti GDG Bali, IDC terus membuka peluang bagi mahasiswa INSTIKI untuk berkembang, berinovasi, dan mempersiapkan diri menjadi talenta digital unggul yang siap bersaing di dunia profesional.

Overthinking STOP! Strategi Manajemen Stres yang Lebih Realistis!

Overthinking STOP! Strategi Manajemen Stres yang Lebih Realistis!

Di tengah kesibukan kuliah, organisasi, tugas proyek, hingga tekanan sosial di era digital, mahasiswa sering kali terjebak dalam lingkaran overthinking. Pikiran yang terus berputar tanpa henti untuk memikirkan hal yang belum terjadi, kemungkinan terburuk, atau kekhawatiran berlebihan. Hal ini dapat menyebabkan stres menumpuk dan menguras energi mental. Untuk mahasiswa INSTIKI yang hidup dalam ritme perkuliahan cepat dan dinamis, mengelola overthinking bukan hanya kebutuhan, tetapi kemampuan penting agar tetap fokus dan produktif. Untungnya, mengatasi overthinking tidak harus rumit. Ada strategi sederhana dan realistis yang bisa kamu terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Sadari Polanya: Tahu Kapan Kamu Mulai “Kebanyakan Mikir”

Langkah pertama adalah mengenali kapan pikiranmu mulai tidak terkendali. Biasanya, tanda-tandanya muncul seperti: sulit tidur karena memikirkan tugas, memutar ulang kejadian kecil secara berlebihan, atau merasa cemas tanpa alasan jelas. Ketika sinyal itu muncul, berhenti sejenak dan sadari: “Oke, aku lagi overthinking.” Kesadaran ini memberi ruang untuk mengambil tindakan sebelum stres makin besar.

Tulis Kekhawatiranmu, Jangan Simpan di Kepala

Kadang, pikiran terasa berat bukan karena masalahnya sebesar itu, tapi karena semua numpuk jadi satu. Cobalah brain dump selama 5 menit saja: tulis semua yang kamu pikirkan tanpa filter. Setelah itu, baca ulang dan pisahkan mana yang perlu ditindaklanjuti dan mana yang hanya “ketakutan imajiner”. Mahasiswa INSTIKI yang sering menghadapi banyak mata kuliah dan proyek akan merasakan manfaat besar dari teknik sederhana ini, pikiran jadi lebih ringan dan lebih terstruktur.

Fokus pada Hal yang Bisa Kamu Kendalikan

Overthinking sering muncul dari hal-hal yang sebenarnya tidak bisa kita kontrol, seperti penilaian dosen, komentar orang lain, atau hasil yang belum terjadi. Alihkan fokusmu ke hal yang memang bisa kamu lakukan: belajar materi, latihan presentasi, mengatur jadwal, atau memperbaiki kualitas kerja. Ketika fokus beralih ke tindakan, energi mental tersalurkan secara produktif, bukan tersedot oleh kecemasan.

Batasi Konsumsi Digital dan Beri Waktu Istirahat ke Otak

Media sosial adalah pemicu besar overthinking, mulai dari membandingkan diri dengan orang lain hingga merasa “kurang” karena melihat pencapaian orang lain. Mahasiswa INSTIKI bisa mulai dengan digital detox kecil: 30 menit tanpa gadget sebelum tidur atau 1 jam tanpa media sosial setelah bangun pagi. Kebiasaan kecil ini bisa membuat otak lebih rileks dan mengurangi pemicu stres.

Ubah Mindset: Tidak Semua Harus Sempurna

Salah satu sumber overthinking terbesar adalah perfeksionisme. Padahal, di dunia nyata termasuk dalam perkuliahan, yang terpenting adalah progres, bukan kesempurnaan. Cobalah terapkan prinsip “cukup baik untuk maju”, terutama saat menghadapi tugas besar. Ketika standar realistis diterapkan, beban mental akan terasa jauh lebih ringan.

Bangun Rutinitas yang Menenangkan

Kegiatan sederhana seperti stretching 5 menit, minum air hangat, journaling, atau sekadar duduk tenang sambil menarik napas dalam bisa membantu meredakan stres. Lakukan setiap hari agar menjadi kebiasaan yang mendukung kesehatan mentalmu.

Overthinking Bukan Takdir, Kamu Bisa Mengelolanya

Menghentikan overthinking bukan soal memaksa pikiran untuk diam, tetapi melatih diri untuk mengarahkannya dengan bijak. Dengan strategi sederhana dan realistis di atas, mahasiswa INSTIKI bisa lebih siap menghadapi perkuliahan sekaligus menjaga keseimbangan dalam diri.

Jika kamu merasa stres atau overthinking semakin mengganggu kehidupan sehari-hari, jangan ragu untuk mencari bantuan. Help Desk INSTIKI selalu tersedia untuk mendukung akademik maupun konseling mahasiswa INSTIKI – kampus IT, bisnis, dan desain terbaik di Bali dan Nusa Tenggara.

Ngerasa Burnout? Ini Tandanya Mahasiswa Perlu Rehat Sejenak

Ngerasa Burnout? Ini Tandanya Mahasiswa Perlu Rehat Sejenak (Photo by Getty Images)

Menjadi mahasiswa bukan cuma soal mengejar nilai bagus, ikut organisasi, atau berusaha tetap produktif di mata orang lain. Di balik semua itu, ada beban mental dan emosional yang sering kali nggak terlihat. Banyak mahasiswa sekarang mengalami burnout, yaitu kondisi ketika fisik, pikiran, dan emosi terasa benar-benar lelah sampai kehilangan motivasi. Sayangnya, banyak yang nggak sadar kalau mereka sebenarnya butuh istirahat.

Burnout bisa muncul karena banyak hal: tugas numpuk, tekanan akademik, ekspektasi keluarga, atau rutinitas kampus yang padat. Bahkan, hal-hal “sepele” seperti tidur kurang, pola makan buruk, dan minim dukungan sosial juga bisa memicu burnout. Nah, biar kamu bisa lebih aware, berikut tanda-tanda kalau kamu sedang mendekati atau bahkan sudah mengalami burnout.

Hilangnya Semangat Kuliah dan Mudah Lelah

Salah satu ciri burnout pada mahasiswa adalah hilangnya semangat untuk mengikuti perkuliahan, mengerjakan tugas, atau sekadar membuka laptop. Semua terasa berat dan melelahkan. Walaupun tetap memaksakan diri untuk kuliah atau menyelesaikan tugas, energi kamu cepat habis dan badan terasa capek terus.

Mulai Kehilangan Ketertarikan pada Tugas dan Aktivitas Akademik

Burnout bisa bikin kamu stres dan frustrasi setiap kali lihat tugas baru atau jadwal kuliah yang padat. Kamu jadi sulit fokus, merasa nggak kompeten, dan akhirnya muncul rasa benci atau malas berlebihan terhadap apa pun yang berhubungan dengan kampus. Bahkan hal yang dulu kamu suka, tiba-tiba terasa menyebalkan.

Nilai dan Performa Akademik Menurun

Karena motivasi dan fokus berkurang, performa akademik pun ikut menurun. Tugas terasa asal-asalan, materi kuliah susah masuk, dan hasil ujian jadi kurang memuaskan. Bukan karena kamu nggak mampu, tapi mental kamu lagi kelelahan.

Jadi Mudah Marah atau Sensitif

Mahasiswa yang mengalami burnout biasanya jadi lebih emosional. Hal-hal kecil seperti dosen memberikan tugas mendadak, koneksi Zoom lemot, atau teman yang nggak responsif bisa bikin kamu kesal. Ditambah lagi, tugas yang menumpuk makin memicu stres dan bikin kamu makin sensitif.

Menarik Diri dari Lingkungan Pertemanan

Ada fase di mana kamu jadi malas keluar kos, malas nongkrong, dan malas ngobrol sama teman. Kamu merasa semuanya beban dan akhirnya memilih menarik diri dari lingkungan sosial. Bukan karena nggak peduli, tapi karena mental kamu lagi lelah banget.

Mudah Sakit dan Badan Nggak Fit

Burnout pada mahasiswa yang dibiarkan bisa menurunkan imunitas tubuh. Akibatnya, kamu jadi lebih gampang sakit seperti flu, pusing, sakit perut, atau merasakan tegang di bagian leher dan bahu. Selain itu, kamu juga bisa mengalami insomnia, cemas berlebihan, bahkan tanda-tanda depresi jika stresnya terus berlanjut.

Terus, Harus Ngapain?

Kalau kamu merasa mengalami beberapa tanda di atas, itu bukan hal yang memalukan. Justru bagus karena kamu sudah sadar dan siap ambil langkah untuk pulih. Beberapa cara sederhana yang bisa kamu lakukan:

  • Istirahat sejenak: ambil waktu 1–2 hari tanpa tugas berat.
  • Kurangi beban: jangan takut bilang “nggak” kalau memang kamu udah kewalahan.
  • Coba teknik relaksasi: meditasi, journaling, atau jalan santai bisa bantu nenangin pikiran.
  • Tidur yang cukup: karena otak butuh istirahat untuk kembali optimal.
  • Cerita ke orang yang bisa dipercaya: keluarga, sahabat, atau konselor kampus.

Ingat, kamu bukan robot. Produktivitas itu penting, tapi kesehatan mental jauh lebih penting untuk kamu tetap berkembang di dunia kampus dan masa depan. Jadi, kalau kamu merasa burnout, jangan dipaksa. Take your time untuk nge-reset diri. Kadang, berhenti sebentar adalah cara terbaik untuk bisa lanjut lebih jauh.

Sumber:
Ciri-Ciri Burnout dan Cara Mengatasinya - https://www.alodokter.com/ciri-ciri-burnout-dan-cara-mengatasinya

Financial Red Flags: Tanda-tanda Keuangan Kamu Sedang Tidak Sehat

Financial Red Flags: Tanda-tanda Keuangan Kamu Sedang Tidak Sehat (Photo by Mathieu Stern)

Di era serba cepat seperti sekarang, mengatur keuangan bukan lagi sekadar kemampuan tambahan, tapi sudah jadi kebutuhan. Banyak anak muda merasa kondisi finansialnya baik-baik saja, padahal tanpa disadari sudah muncul beberapa tanda bahaya yang pelan-pelan bisa mengganggu masa depan. Inilah yang disebut financial red flags, sinyal bahwa manajemen keuanganmu perlu diperbaiki sebelum menimbulkan masalah yang lebih besar.

Terlalu Mengandalkan Paylater

Memang, paylater menawarkan kemudahan. Namun jika kamu menggunakannya hampir di setiap transaksi tanpa mempertimbangkan kemampuan bayar, ini adalah red flag yang harus diperhatikan. Terlalu banyak cicilan membuat cash flow bulanan tidak stabil dan bisa menekan penghasilanmu. Idealnya, total cicilan tidak boleh melebihi 30% dari pendapatan.

Tidak Tahu Pengeluaran Harian Lari ke Mana

Kalau setiap akhir bulan kamu bertanya-tanya, “Uangku habis buat apa?”, itu tanda bahwa pencatatan keuanganmu belum teratur. Pengeluaran kecil seperti jajan, nongkrong, atau ongkir memang terlihat sepele, tetapi jika tidak dikontrol, jumlahnya bisa membengkak. Ini salah satu red flag paling umum di kalangan anak muda.

Tidak Memiliki Tabungan atau Dana Darurat

Hidup tanpa dana cadangan ibarat berjalan tanpa pengaman. Ketika terjadi situasi mendadak seperti sakit ataupun kecelakaan, kamu bisa langsung kewalahan. Dana darurat sangat penting, idealnya sebesar 3–6 bulan pengeluaran. Jika tabunganmu masih kosong atau tidak stabil, ini berarti kondisimu belum aman.

Gaya Hidup Melebihi Penghasilan

Fenomena FOMO (fear of missing out) sering membuat pengeluaran membengkak. Ikut tren, sering nongkrong, traveling mendadak, hingga membeli barang demi gengsi adalah beberapa contoh gaya hidup yang bisa melampaui batas kemampuan finansial. Jika kamu sering memaksakan diri hanya demi “tetap terlihat update”, itu adalah red flag yang patut diwaspadai.

Investasi Tanpa Pemahaman yang Jelas

Investasi memang menarik dan kini semakin mudah diakses. Namun, jika kamu berinvestasi hanya karena ikut-ikutan tanpa riset, kamu sedang mengambil risiko besar. Banyak anak muda terjebak pada skema investasi bodong karena kurangnya literasi finansial. Ingat, investasi yang sehat harus berbasis pengetahuan, bukan sekadar tren.

Tidak Punya Tujuan Keuangan Jangka Panjang

Jika kamu hanya fokus pada kebutuhan saat ini tanpa memikirkan masa depan, itu juga merupakan tanda bahaya. Tujuan seperti menabung untuk pendidikan, membeli rumah, atau mempersiapkan dana pensiun sangat penting untuk direncanakan sejak dini. Tanpa target yang jelas, kamu akan lebih mudah menghabiskan uang untuk hal yang tidak terlalu penting.

Pengeluaran Kecil Tapi Konsisten

Bukan hanya pembelian besar yang mengganggu keuangan. Pengeluaran kecil yang dilakukan terus-menerus juga bisa menggerus saldo. Misalnya membeli kopi setiap hari, langganan aplikasi yang tidak terpakai, atau jajan impulsif. Jika kebiasaan ini terjadi tanpa kontrol, ini termasuk red flag yang sering diabaikan.

Mengenali financial red flags adalah langkah awal untuk membangun keuangan yang lebih sehat. Tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki diri. Mulailah dengan hal sederhana: catat pengeluaran, batasi cicilan, bangun dana darurat, dan tingkatkan literasi keuangan. Manajemen finansial yang baik bukan hanya membuat hidup lebih tenang, tetapi juga membuka jalan menuju masa depan yang lebih stabil dan terencana.

Mengenal Cyberbullying: Ancaman Nyata di Era Serba Online

Mengenal Cyberbullying: Ancaman Nyata di Era Serba Online (Photo by: Getty Images)

Di era serba digital seperti sekarang, hampir semua aktivitas kita terhubung dengan internet, mulai dari ngobrol, belajar, bekerja, hingga hiburan. Media sosial pun jadi tempat kita berbagi momen, berinteraksi, dan mengekspresikan diri. Tapi di balik kemudahannya, dunia digital juga punya sisi gelap, salah satunya cyberbullying. Istilah ini mungkin sering kamu dengar, tetapi nggak semua orang benar-benar paham seberapa serius dampaknya.

Apa Sih Cyberbullying Itu?

Cyberbullying adalah tindakan menyakiti, mengintimidasi, mempermalukan, atau menyerang seseorang lewat perangkat digital. Dilansir dari Unicef, Cyberbullying (perundungan dunia maya) adalah bullying/perundungan dengan menggunakan teknologi digital. Hal ini dapat terjadi di media sosial, platform chatting, platform bermain game, dan ponsel. Cyberbullying merupakan perilaku berulang yang ditujukan untuk menakuti, membuat marah, atau mempermalukan mereka yang menjadi sasaran. Contohnya termasuk:

  • Menyebarkan kebohongan tentang seseorang atau memposting foto memalukan tentang seseorang di media sosial
  • Mengirim pesan atau ancaman yang menyakitkan melalui platform chatting, menuliskan kata-kata menyakitkan pada kolom komentar media sosial, atau memposting sesuatu yang memalukan/menyakitkan
  • Meniru atau mengatasnamakan seseorang (misalnya dengan akun palsu atau masuk melalui akun seseorang) dan mengirim pesan jahat kepada orang lain atas nama mereka
  • Trolling – pengiriman pesan yang mengancam atau menjengkelkan di jejaring sosial, ruang obrolan, atau game online
  • Mengucilkan, mengecualikan, anak-anak dari aktivitas atau grup pertemanan
  • Menyiapkan/membuat situs atau grup (group chat, room chat) yang berisi kebencian tentang seseorang atau dengan tujuan untuk menebar kebencian terhadap seseorang
  • Menghasut anak-anak atau remaja lainnya untuk mempermalukan seseorang
  • Memberikan suara untuk atau menentang seseorang dalam jajak pendapat yang melecehkan
  • Membuat akun palsu, membajak, atau mencuri identitas online untuk mempermalukan seseorang atau menyebabkan masalah dalam menggunakan nama mereka
  • Memaksa anak-anak agar mengirimkan gambar sensual atau terlibat dalam percakapan seksual

Dampaknya Nggak Main-main

Meskipun “hanya lewat internet”, dampak cyberbullying sangat nyata bagi korban. Beberapa efek yang sering muncul mulai dari:

  • Stres dan rasa takut berlebihan
  • Menurunnya rasa percaya diri
  • Enggan berinteraksi dengan orang lain
  • Prestasi belajar atau kerja menurun
  • Risiko depresi hingga gangguan mental lainnya

Bagi sebagian orang, satu komentar negatif mungkin dianggap sepele. Tapi bagi korban, ini bisa jadi beban mental yang sangat berat.

Cara Menghindari dan Mengatasinya

Supaya lebih aman dan bijak di dunia digital, ini beberapa langkah yang bisa kamu lakukan:

  • Atur privasi akunmu
  • Jangan asal menerima permintaan pertemanan
  • Batasi komentar yang tidak penting
  • Simpan bukti (screenshot) jika perlu tindak lanjut
  • Gunakan fitur report pada platform sosial media
  • Ceritakan ke orang yang kamu percaya atau pihak berwenang
  • Batasi penggunaan media sosial

Cyberbullying bukan sekadar masalah “drama online”. Ini adalah bentuk perundungan yang bisa merusak mental, hubungan sosial, bahkan masa depan seseorang. Maka dari itu, penting bagi kita untuk lebih bijak dalam menggunakan media sosial. Mulai dari diri sendiri: pikirkan dulu sebelum posting, komentar, atau membagikan sesuatu. Dunia digital bisa jadi tempat yang lebih aman dan nyaman kalau kita semua saling menjaga.

Sumber:
Cyberbullying: What is it and how to stop it  - https://www.unicef.org/indonesia/child-protection/what-is-cyberbullying?disableGlobalInfoCollect=false
4 Cara Mencegah Cyberbullying di Media Sosial - https://www.halodoc.com/artikel/4-cara-mencegah-cyberbullying-di-media-sosial?srsltid=AfmBOopQQYeAwDYXzpgVC89z_8IigvyvaLUTJWsaE9qtYSzwVClTLzBc