Kisah Lubdaka dalam Hari Raya Siwaratri

Kisah Lubdaka dalam Hari Raya Siwaratri (Sumber: telusurbali.com)

Hari Raya Siwaratri dirayakan setiap tahun pada purwaning Tilem Kepitu (sasih kapitu) oleh umat Hindu, adalah momen pemujaan kepada Ida Sang Hyang Widhi dalam bentuk Bhatara Siwa atau Dewa Siwa. Siwaratri bermakna “Malam Siwa,” di mana Siwa menggambarkan sifat baik hati, pemaaf, pemberi harapan, dan pembahagiakan. Dewa Siwa, sebagai pamrelina, membimbing menuju kesucian dan kesadaran diri untuk mencapai kebahagiaan. Ratri, artinya malam atau gelap, mengandung makna peleburan kegelapan dalam diri, menuju jalan yang lebih terang dan bahagia.

Hari Raya Siwaratri tidak terlepas dari kisah sosok pemburu, Lubdaka. Bagaimana kisahnya? Simak artikel berikut ini bersama kampus IT terbaik di Bali dan Nusa Tenggara, Institut Bisnis dan Teknologi Indonesia (INSTIKI)!

Kisah Lubdaka dikarang oleh dikarang oleh Mpu Tanakung. Lubdaka mengisahkan seorang kepala keluarga yang menghidupi keluarganya dengan berburu binatang di hutan.

Di suatu hari, nasibnya sedang tidak beruntung, tidak satu ekor binatang pun bisa didapatkannya. Tanpa merasa lelah dan haripun menginjak malam. Lubdaka lupa waktu hingga hari sudah mulai semakin gelap. Dalam kegelapan dan berada di tengah-tengah hutan, membuatnya tidak bisa mencari jalan pulang.

Alhasil, ia pun memutuskan untuk bermalam di tengah hutan dan mencari pohon yang besar untuk tempatnya beristirahat karena takut terhadap ancaman binatang buas. Lubdaka memanjat sebuah pohon bila yang di bawahnya terdapat air telaga, dengan sebuah pelinggih berupa lingga.

Lubdaka bersandar dengan nyaman pada pohon bila, namun tetap berusaha agar tidak tertidur walaupun ia mengantuk. Jika ia tertidur, Lubdakan dapat terjatuh dan dan menjadi makanan binatang buas. Karena itu, untuk menghilangkan rasa kantuknya lantas Lubdaka memetik dedaunan dari pohon bila satu demi satu dan menjatuhkannya ke bawah, sehingga mengenai lingga yang ada di bawahnya.

Lubdaka sendiri tidak menyadari bahwa malam itu adalah malam Siwaratri, di mana Dewa Siwa tengah melakukan tapa yoga semadi. Sambil memetik setiap daun bila agar terjaga hingga pagi, selama itu juga Lubdaka menyesali segala perbuatannya yang telah dilakukannya selama ini. Sampai akhirnya Lubdaka bertekad untuk tidak menjadi pemburu lagi dan mengganti pekerjaannya dengan pekerjaan lainnya karena pekerjaan sebagai pemburu itu berdosa.

Siwaratri bukan sebagai malam pelebur dosa, tetapi malam perenungan dosa, bertujuan mencapai kesadaran diri. Simbolisasi Siwaratri menggambarkan aktualisasi diri dalam pendakian spiritual untuk mencapai ‘penyatuan’ dengan Siwa, yaitu bersatunya atman dengan paramaatman atau Tuhan penguasa jagat raya. Malam perenungan ini mengajak kita melakukan evaluasi dan introspeksi atas perbuatan kita, memohon tuntunan agar terhindar dari dosa saat merayakan malam pemujaan Siwa. -(PDM)

Sumber:
IB Purwa Sidemen: 'Kitalah Sosok Lubdaka Itu' - Poros Bali

PENGUMUMAN LAINNYA