
Di tengah dunia kerja yang serba cepat dan kompetitif, muncul sebuah istilah baru yang menggambarkan fenomena menarik sekaligus mengkhawatirkan: “job hugging.” Istilah ini merujuk pada kebiasaan seseorang yang terlalu melekat pada pekerjaannya saat ini, bukan karena mencintainya sepenuh hati, melainkan karena takut kehilangan zona nyaman.
Apa Itu Job Hugging?
Job hugging berasal dari dua kata: job (pekerjaan) dan hugging (memeluk). Secara harfiah berarti “memeluk pekerjaan,” istilah ini menggambarkan kondisi di mana seseorang enggan berpindah atau mengambil tantangan baru karena khawatir gagal, takut tidak diterima di tempat lain, atau sekadar tidak ingin memulai dari awal lagi. Mereka yang mengalami job hugging biasanya tetap bekerja di satu posisi selama bertahun-tahun tanpa peningkatan keterampilan atau pencapaian signifikan. Akibatnya, karier mereka berjalan di tempat, bahkan bisa menurun seiring perkembangan zaman dan teknologi. Mengutip laman Entrepreneur, salah satu alasan job hugging bisa terjadi karena karyawan takut akan ketidakstabilan ekonomi. Alih-alih mengambil langkah berani dalam karier mereka, pekerja memilih bertahan meski merasa sudah tidak terlalu cocok dengan pekerjaan.
Mengapa Fenomena Ini Terjadi?
Ada beberapa alasan mengapa seseorang terjebak dalam job hugging:
-
Zona Nyaman yang Menenangkan
Ketika seseorang sudah merasa aman dengan gaji tetap, rekan kerja yang menyenangkan, dan rutinitas yang familiar, sulit untuk meninggalkan kenyamanan itu. -
Rasa Takut Gagal dan Ketidakpastian
Banyak pekerja menolak tawaran baru atau peluang pengembangan diri karena khawatir tidak mampu menyesuaikan diri atau gagal di tempat baru. -
Kurangnya Dorongan dari Lingkungan Kerja
Tidak sedikit perusahaan yang kurang mendukung pengembangan karier karyawan, membuat mereka merasa stagnan dan akhirnya memilih “diam” saja. -
Kelelahan Mental (Burnout) yang Disalahartikan
Kadang seseorang yang burnout justru memilih bertahan tanpa semangat, berpikir bahwa tetap bertahan adalah solusi terbaik daripada mencari perubahan.
Dampak Job Hugging bagi Karier
Meski tampak aman, job hugging justru bisa menjadi jebakan karier. Dalam jangka panjang, fenomena ini dapat menyebabkan:
-
Penurunan motivasi dan produktivitas.
-
Ketinggalan perkembangan teknologi dan keterampilan baru.
-
Sulit beradaptasi jika tiba-tiba kehilangan pekerjaan.
-
Rasa tidak puas terhadap diri sendiri karena merasa tidak berkembang.
Lebih jauh, job hugging juga bisa berdampak pada organisasi. Karyawan yang terlalu nyaman sering kali kurang berinovasi dan tidak berkontribusi maksimal terhadap pertumbuhan perusahaan.
Cara Menghindari Job Hugging
Untuk mencegah terjebak dalam fenomena ini, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan:
-
Evaluasi diri secara berkala.
Tanyakan pada diri sendiri: apakah pekerjaan ini masih menantang? Apakah saya masih belajar hal baru? -
Berani keluar dari zona nyaman.
Ambil tanggung jawab baru, pelajari keterampilan baru, atau coba proyek lintas departemen. -
Bangun rencana karier jangka panjang.
Tentukan arah karier dan target yang ingin dicapai dalam lima tahun ke depan. -
Terbuka terhadap peluang baru.
Jangan takut mencari pengalaman berbeda, baik di dalam maupun di luar perusahaan.
Job hugging bukan berarti sesuatu yang sepenuhnya buruk, stabilitas kerja memang penting. Namun, ketika stabilitas berubah menjadi stagnasi, di situlah masalah muncul. Dunia kerja saat ini menuntut adaptasi dan pembaruan terus-menerus. Jadi, alih-alih “memeluk” pekerjaan terlalu erat, peluklah peluang untuk berkembang.