
Civitas akademika Institut Bisnis dan Teknologi Indonesia (INSTIKI) kembali menunjukkan kontribusinya dalam menjawab tantangan di masyarakat melalui program Pengabdian kepada Masyarakat (PKM). Kali ini, tim civitas akademika INSTIKI mengembangkan SINILA (Smart Internet of Things for Nila Aquaculture), sebuah inovasi monitoring kualitas air kolam berbasis teknologi Internet of Things (IoT) yang ditujukan untuk meningkatkan produktivitas budidaya ikan nila.
Berkolaborasi dan berinovasi, civitas akademika INSTIKI mengembangkan SINILA untuk membantu Kelompok Budidaya Ikan Air Tawar (Pokdakan) Mina Shanti yang beralamat di Desa Penarukan, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali dalam mengupayakan konsistensi kualitas air kolam ikan nila sesuai dengan standar. Kegiatan PKM ini berlangsung dari 12 April hingga 30 Juli 2025, dengan melibatkan tim dosen dan mahasiswa INSTIKI. PKM ini diketuai oleh Dr. Anak Agung Gde Ekayana, S.Pd., M.Pd, dengan beranggotakan dosen dan mahasiswa INSTIKI lainnya, yaitu Ni Kadek Puspita Dewi dan Peter Enlarga Lauda.
Melalui karya inovasi ini, civitas akademika INSTIKI memberikan solusi nyata bagi tantangan budidaya ikan nila. Salah satu masalah utama dalam budidaya ikan nila adalah kualitas air kolam yang seringkali tidak memenuhi standar ideal. Air dengan kadar oksigen rendah, pH tidak seimbang, atau amonia tinggi dapat menyebabkan pertumbuhan ikan terhambat, daya tahan tubuh ikan nila menurun, bahkan berujung pada kerugian panen. Selama ini, metode pemantauan kualitas air masih dilakukan secara manual dengan alat sederhana. Cara ini dinilai tidak efisien karena membutuhkan waktu lama, rawan kesalahan, serta menghasilkan data yang kurang akurat. Kondisi tersebut menyulitkan para petani ikan dalam mengambil keputusan cepat terkait pengelolaan kolam.
Menjawab tantangan tersebut, tim civitas akademika INSTIKI menghadirkan alat monitoring berbasis IoT. Dengan menggunakan mikrokontroler, alat ini mampu mengukur parameter penting seperti pH, kadar oksigen, dan amonia secara otomatis. Data hasil pemantauan bisa diakses real-time melalui perangkat mobile, sehingga pembudidaya dapat langsung mengetahui kondisi air dan segera melakukan tindakan yang diperlukan. Inovasi ini diaplikasikan bersama Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) Mina Shanti di Desa Penarukan, Tabanan. Hasilnya sangat nyata, yakni produksi ikan nila meningkat signifikan hingga lebih dari satu ton. Selain menghadirkan alat pemantau kualitas air, tim civitas akademika INSTIKI juga memberikan pelatihan penggunaan komputer untuk pencatatan transaksi bisnis secara digital. Hal ini membantu Pokdakan Mina Shanti dalam mengelola usaha mereka dengan lebih tertata, transparan, dan efisien.
“Melalui program pengabdian ini, kami ingin menyampaikan bahwa pemanfaatan teknologi tepat guna seperti Internet of Things (IoT) dapat menjadi solusi nyata dalam menjawab tantangan produktivitas di sektor perikanan. Dengan pendekatan yang berkelanjutan dan berbasis data, para pembudidaya dapat meningkatkan hasil panen, menjaga kualitas air, serta mengelola pemberian pakan secara lebih efisien. Harapannya, inovasi ini tidak hanya berdampak pada kelompok budidaya ikan, tetapi juga dapat direplikasi oleh pelaku usaha budidaya lainnya di berbagai daerah,” jelas Dr. Anak Agung Gde Ekayana, S.Pd., M.Pd.
Sementara itu, kesan mendalam muncul dari proses kolaborasi bersama masyarakat. Antusiasme Pokdakan Mina Shanti dalam menerima teknologi menjadi kunci keberhasilan kegiatan ini. “Kami sangat mengapresiasi semangat mereka. Peningkatan hasil produksi hingga lebih dari satu ton membuktikan bahwa sinergi antara dunia akademik dan masyarakat mampu membawa perubahan nyata,” tambahnya.
PKM INSTIKI dengan inovasi SINILA bukan hanya sebuah karya akademik, melainkan juga bukti bahwa teknologi dapat menjawab permasalahan nyata di masyarakat. Melalui sinergi antara riset, teknologi, dan pemberdayaan masyarakat, sektor perikanan di Bali diharapkan semakin maju dan berdaya saing, sekaligus menjadi inspirasi bagi daerah lain di Indonesia. –(PDM)