Sering Chat dengan ChatGPT? Hati-Hati, Bisa Jadi Tanda Kamu Kesepian

Sering Chat dengan ChatGPT? Hati-Hati, Bisa Jadi Tanda Kamu Kesepian (Photo by Solen Feyissa)

Di era digital seperti sekarang, berbicara dengan chatbot berbasis kecerdasan buatan (AI) seperti ChatGPT telah menjadi hal yang lumrah. Tapi tahukah kamu? Sebuah penelitian baru dari Australia mengungkap bahwa terlalu sering “curhat” ke chatbot bisa menjadi pertanda seseorang sedang merasa kesepian.

Berdasarkan riset terbaru yang dilakukan oleh MIT Media Lab dan OpenAI. Keduanya berkolaborasi melihat sejauh mana interaksi dengan ChatGPT memengaruhi kesehatan emosional pengguna, dengan fokus pada penggunaan mode suara canggih chatbot tersebut. Penelitian ini dilakukan melalui dua metode. Pertama, dengan uji coba terkontrol secara acak alias randomized controlled trial (RCT) dari MIT, terhadap 1.000 peserta selama empat minggu.

Sementara metode kedua, dilakukan dengan analisis kepada hampir 40 juta interaksi yang berlangsung di ChatGPT. Dari hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa pengguna yang sering berinteraksi (chat) dengan ChatGPT, terindikasi mengalami tingkat kesepian dan ketergantungan emosional yang lebih tinggi.

Temuan ini menyoroti pentingnya menjaga keseimbangan antara penggunaan teknologi dan interaksi sosial. Teknologi seharusnya menjadi alat bantu, bukan pengganti komunikasi yang autentik dengan sesama manusia. Apalagi bagi mereka yang sedang mengalami tekanan mental atau emosional, dukungan dari teman, keluarga, atau profesional tetap sangat diperlukan.

Penting untuk generasi muda lebih sadar akan pola penggunaan teknologi dan tetap membangun koneksi di dunia nyata. Jadi, meskipun ngobrol dengan ChatGPT itu seru dan informatif, jangan sampai lupa bahwa kita tetap butuh orang lain untuk benar-benar merasa didengar, dipahami, dan dihargai. –(PDM)

PENGUMUMAN LAINNYA