Perang Jempana di Bali, Tradisi Unik Ekspresikan Kebahagiaan

Perang Jempana di Bali, Tradisi Unik Ekspresikan Kebahagiaan (Foto: Flickr/Wayan Mardana)

Di berbagai belahan dunia, masyarakatnya memiliki cara unik dalam mengekspresikan rasa syukur dan kebahagiaan. Seperti halnya di Bali, tepatnya di Banjar Panti Timrah, Desa Paksebali, Kabupaten Klungkung. Desa ini memiliki tradisi perang jempana yang sangat unik untuk mengungkapkan kebahagiaan.

Perang Jempana: Tradisi Kebahagiaan Khas Banjar Panti Timrah

Tradisi perang jempana memiliki sejumlah sebutan namun dengan makna yang sama, seperti Dewa Masraman oleh masyarakat setempat dan Battle of Palanquins oleh wisatawan mancanegara. Pelaksanaannya menjadi upaya pelestarian budaya masyarakat oleh Banjar Panti Timrah. Tradisi ini dijalankan secara setiap 210 hari sekali, bersamaan dengan Hari Raya Kuningan.

Asal Usul dan Makna Tradisi

Tradisi ini bermula dari adanya sekitar 18 kepala keluarga yang berasal dari Desa Adat Timbrah di Karangasem. Saat itu, mereka melakukan perjalanan menuju ke daerah perbatasan antara Karangasem dengan Klungkung. Raja Klungkung kemudian menerima kedatangan rombongan tersebut dan memperbolehkan mereka tinggal di Desa Paksebali. Selanjutnya, rombongan itu menetap dan mendirikan Banjar Panti Timbrah di Desa Paksebali.

Selama di desa tersebut, mereka meneruskan tradisi Perang Jempana yang sebelumnya dilaksanakan secara rutin di Desa Adat Timbrah. Alhasil tradisi ini terus lestari di Desa Paksebali sampai sekarang.

Pelaksanaan tradisi ini merupakan wujud kebahagiaan yang dirasakan oleh warga Banjar Panti Timbrah. Kamu tidak akan mendapati pelaksanaan tradisi ini di tempat lain. Apalagi, tradisi perang jempana juga menjadi tradisi sebagai wujud rasa terima kasih karena telah diterima dan mendapatkan tempat di Desa Paksebali.

Selama pelaksanaan tradisi ini, masyarakat akan mengusung jempana atau joli yang merupakan tempat atau linggih Ida Sesuhunan. Satu jempana diusung oleh dua orang pemuda. Tujuh jempana dibawa ke sungai untuk melakukan penyucian, baik untuk masyarakat maupun lingkungan setempat. Setelah tiba di jaba tengah Pura Panti Timbrah, jempana tersebut akan disambut oleh Tari Baris yang memegang keris. Jempana-jempana ini kemudian diarak, seolah-olah seperti terjadi peperangan di area tersebut. Tradisi ini merupakan simbol ungkapan kebahagiaan masyarakat dan ucapan rasa syukur atas berkah yang diberikan oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa beserta para Dewata.

Itulah tradisi perang jempana di Desa Paksebali. Cari tahu tradisi unik dan wawasan informatif lainnya hanya di INSTIKI – kampus IT, bisnis, dan desain terbaik di Bali!(PDM)

Sumber:

Kintamani.id
Bali.idn.times.com

PENGUMUMAN LAINNYA