5 Tradisi Perayaan Natal di Indonesia yang Unik & Penuh Makna, Apa Saja?

5 Tradisi Perayaan Natal di Indonesia yang Unik & Penuh Makna, Apa Saja? (Sumber: kemenparekraf.go.id)

Segenap Keluarga Besar Institut Bisnis dan Teknologi Indonesia (INSTIKI) mengucapkan Selamat Natal. Semoga sukacita dan kedamaian dalam perayaan Natal menyertai kita semua.

Dalam perayaan Hari Natal di Indonesia, ternyata setiap daerah memiliki tradisi Natal dengan keunikannya masing-masing. Dilansir dari laman Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, berikut ini adalah lima tradisi perayaan Natal yang berbeda dan unik dibanding yang lain. Apa saja itu? Simak artikel berikut ini!

Rabo-Rabo (Jakarta)

Di balik kesan metropolitan, Jakarta memiliki tradisi unik yang dikenal sebagai Rabo-Rabo. Tradisi ini dilakukan di Kampung Tugu, Cilincing, Jakarta Utara, oleh kelompok pemeluk agama Kristen keturunan Portugis. Mereka berkeliling kampung sambil menyanyikan lagu keroncong, dan puncaknya adalah tradisi mandi-mandi, simbol penebusan dosa dan penyambutan Tahun Baru dalam keadaan bersih.

Wayang Wahyu (Yogyakarta)

Yogyakarta memeriahkan Natal dengan tradisi Wayang Wahyu, pertunjukan wayang kulit yang mengangkat cerita-cerita Alkitab. Lebih dari sekadar seni, Wayang Wahyu menjadi sarana untuk menyampaikan firman Tuhan, mencerminkan akulturasi budaya dan toleransi keberagaman.

Ngejot dan Penjor (Bali)

Bali, terkenal dengan toleransi agamanya, memiliki tradisi Natal Ngejot dan Penjor. Ngejot adalah tradisi berbagi makanan, sementara Penjor adalah tradisi memasang bambu tinggi melengkung sebagai bentuk syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Marbinda dan Marhobas (Sumatra Utara)

Masyarakat Batak Toba, Sumatra Utara, merayakan Natal dengan Marbinda (menyembelih hewan) dan Marhobas (memasak hasil sembelih). Tradisi ini bukan hanya simbol kebersamaan, tetapi juga ungkapan rasa syukur kepada Tuhan.

Meriam Bambu (Flores)

Di Flores, Nusa Tenggara Timur, tradisi Meriam Bambu menjadi perayaan meriah yang telah dilakukan sejak tahun 1980-an. Suara menggelegar dari meriam bambu dahulunya dilakukan sebagai kabar duka, namun kini kini sebagai cara dalam mengekspresikan kegembiraan atas kelahiran Yesus Kristus.

Itulah sebagian dari kekayaan budaya Indonesia dalam merayakan Natal, sebuah perpaduan unik antara tradisi agama dan kearifan lokal yang memperkaya makna perayaan Natal. (PDM)

PENGUMUMAN LAINNYA