5 Alasan Mengapa Manusia Tak Tergantikan dengan AI

5 Alasan Mengapa Manusia Tak Tergantikan dengan AI

Kehadiran kecerdasan buatan (AI) di era ini memang sudah menjadi hal yang biasa, ada di setiap aspek kehidupan kita. Banyak pekerjaan yang semula dikerjakan oleh manusia kini telah diambil alih oleh AI, sehingga muncul kekhawatiran bahwa manusia bisa tergantikan oleh teknologi ini di masa depan. Namun, sebenarnya ada beberapa alasan mengapa manusia tak tergantikan dengan AI. Apa saja itu? Simak artikel ini bersama Institut Bisnis dan Teknologi Indonesia (INSTIKI) – kampus IT terbaik di Bali dan Nusa Tenggara!

Kreativitas dan Inovasi

Menurut sebuah studi oleh Pew Research Center pada tahun 2021, sekitar 72% responden mengatakan bahwa mereka merasa AI menggantikan pekerjaan manusia adalah ancaman bagi pekerjaan manusia di masa depan. Namun tahu nggak sih civitas INSTIKI, studi tersebut juga menemukan bahwa pekerjaan yang lebih berorientasi pada hubungan sosial, kreativitas, dan kemampuan berpikir kompleks kemungkinan lebih sedikit tergantikan oleh AI.

Empati dan Kepedulian

Menurut Profesor David Autor dari MIT dalam artikelnya yang diterbitkan pada tahun 2015 di The Journal of Economic Perspectives, meskipun AI dapat menggantikan pekerjaan-pekerjaan yang bersifat rutin dan berulang-ulang, pekerjaan yang membutuhkan kemampuan empati dan kepedulian masih akan dilakukan oleh manusia.

Fleksibilitas

Dr. Kai-Fu Lee dalam bukunya yang diterbitkan tahun 2018 dengan judul “AI Superpowers: China, Silicon Valley, and the New World Order”, dikatakan bahwa AI hanya dapat melakukan tugas-tugas yang telah diprogram sebelumnya dan tidak dapat menangani situasi yang tidak terduga atau kompleks. Oleh karena itu, manusia masih dibutuhkan untuk mengambil keputusan dan melakukan tindakan dalam situasi yang tidak terduga atau kompleks.

Kredibilitas & Kepercayaan

Menurut Profesor David Lazer dari Northeastern University dalam artikelnya yang diterbitkan pada tahun 2017, mengungkapkan bahwa meskipun AI dapat membantu memproses data dalam jumlah besar dengan cepat, manusia masih dibutuhkan untuk mengevaluasi dan menafsirkan data tersebut dengan kritis. Hal ini penting untuk menjaga kredibilitas dan kepercayaan dalam bidang-bidang seperti jurnalisme, penelitian, dan yang lainnya.

Etika Sekaligus Moralitas

Menurut Dr. Joanna Bryson dari University of Bath dalam artikelnya yang diterbitkan pada tahun 2018 di The Conversation, AI tidak dapat memiliki moralitas atau etika karena mereka tidak memiliki kesadaran diri. Oleh karena itu, manusia masih dibutuhkan untuk memastikan bahwa penggunaan AI tetap sesuai dengan nilai-nilai etika dan moralitas yang ada di masyarakat.

Itulah alasan mengapa AI tak dapat menggantikan peran manusia dalam beberapa hal. Menurutmu bagaimana, apakah AI dapat menggantikan peran manusia seutuhnya?

Dalam penelitian lain oleh McKinsey Global Institute pada tahun 2020, disebutkan bahwa dalam lima tahun ke depan, AI mungkin dapat menggantikan hingga 20% pekerjaan manusia. Namun, penelitian tersebut juga menemukan bahwa, dengan memperoleh keterampilan yang diperlukan dalam penggunaan teknologi, manusia dapat tetap memainkan peran penting dalam dunia kerja yang semakin terkait dengan teknologi. Maka dari itu, diperlukan talenta-talenta muda yang paham akan bidang teknologi, digitalisasi, dan yang lainnya.

Lantas, bagaimana caranya? Untuk mengawalinya punya skill mumpuni agar tidak tergerus oleh AI, dapat dimulai dengan berkuliah di Institut Bisnis dan Teknologi Indonesia (INSTIKI) – kampus teknologi terbaik di Bali dan Nusa Tenggara. INSTIKI memiliki jurusan S1 Teknik Informatika, Sistem Komputer, Desain Komunikasi Visual, dan Bisnis Digital yang telah terakreditasi nasional dan tersertifikasi internasional, pilihlah jurusan yang sesuai dengan minat dan bakatmu!

PENGUMUMAN LAINNYA