Apa Makna Penjor Untuk Hari Raya Galungan?

Apa Makna Penjor Untuk Hari Raya Galungan? (Gambar: balisurftravelcompany.com)

Umat hindu memiliki tradisi menyambut Hari Raya Galungan dengan memasang penjor pada Hari Selasa Anggara Wage Dungulan (Penampahan Galungan) setelah jam 12 siang. Penjor merupakan perlambangan dari naga basukih yang memiliki makna kesejahteraan dan kemakmuran.

Penjor merupakan simbol Gunung yang memberikan keselamatan dan kesejahteraan. Bahan untuk membuat penjor terdiri dari sebatang bambu yang ujungnya melengkung, dihiasi dengan janur/ daun Enau yang masih muda serta daun-daunan lainnya.

Bahan untuk membuat penjor terdiri dari sebatang bambu yang bagian ujungnya melengkung dengan dihiasi janur/daun enau yang masih muda serta daun-daunan lainnya.

Untuk perlengkapannya, terdiri dari pala bungkah (umbi-umbian seperti ketela rambat), pala gantung (kelapa, mentimun, pisang, nanas dll), palawija (jagung, padi, dll), jajanan dan sanggah Ardha Candra yang dibuat dari bambu dengan bentuk dasar persegi empat dan atapnya melengkung setengah lingkaran sehingga bentuknya menyerupai bentuk bulan sabit.

Ujung penjor digantungkan sampiyan penjor penjor lengkap dengan porosan dan bunga. Memasang Penjor bertujuan untuk mewujudkan rasa bakti dan sebagai ungkapan terima kasih atas kemakmuran yang diberikan oleh Ida Sang Hyang Widhi (Tuhan).

Bambu yang melengkung adalah gambaran dari gunung tertinggi sebagai tempat yang suci, hiasan Penjor yang terdiri dari kelapa, pisang, tebu, jajan, dan kain adalah wakil dari semua tumbuh-tumbuhan dan benda sandang pangan, yang dikaruniai oleh Hyang Widhi Wasa (Tuhan).

Keberadaan bahan-bahan pembuat penjor tersebut tentu memiliki arti dan filosofinya masing-masing. Berdasarkan lontar Tutur Dewi Tapini menyebutkan :

Ndah Ta Kita Sang Sujana Sujani, Sira Umara Yadnva, Wruha Kiteng Rumuhun, Rikedaden Dewa, Bhuta Umungguhi Ritekapi Yadnya, Dewa Mekabehan Menadya Saraning Jagat Apang Saking Dewa Mantuk Ring Widhi, Widhi Widana Ngaran Apan Sang Hyang Tri Purusa Meraga Sedaging Jagat Rat, Bhuwana Kabeh, Hyang Siwa Meraga Candra, Hyang Sadha Siwa Meraga “Windhune”, Sang Hyang Parama Siwa Nadha.

Artinya : Wahai kamu orang-orang bijaksana, yang menyelenggarakan yadnya, agar kalian mengerti proses menjadi kedewataan, maka dari itu sang Bhuta menjadi tempat/tatakan/dasar dari yadnya itu, kemudian semua Dewa menjadi sarinya dari jagat raya, agar dari dewa semua kembali kepada hyang widhi, widhi widhana (ritualnya) bertujuan agar sang Tri Purusa menjadi isi dari jagat raya, Hyang Siwa menjadi Bulan, Hyang Sadha Siwa menjadi windu (titik O), sang hyang parama siwa menjadi nadha (kecek), yang mana kesemuanya ini merupakan simbol dari Ong Kara.

Penjor galungan bersifat religius, yang mempunyai fungsi tertentu dalam upacara keagamaan,dan wajib dibuat lengkap dengan kelengkapannya, membuat penjor untuk upacara memerlukan syarat tertentu, dan sesuai dengan Sastra Agama, agar tidak berkesan sebagai hiasan saja. Di dalam lontar Tutur Dewi Tapini juga telah disebutkan bahwa setiap unsur pada penjor melambangkan simbol-simbol suci, yaitu sebagai berikut :

  • Bambu (dan kue) sebagai vibrasi kekuatan Dewa Brahma
  • Kelapa sebagai simbol vibrasi Dewa Rudra
  • Kain Kuning dan Janur sebagai simbol vibrasi Dewa Mahadewa
  • Daun-daunan (plawa) sebagai simbol vibrasi Dewa Sangkara.
  • Pala bungkah dan pala gantung sebagai simbol vibrasi Dewa Wisnu.
  • Tebu sebagai simbol vibrasi Dewa Sambu.
  • Padi sebagai simbol vibrasi Dewi Sri
  • Kain putih sebagai simbol vibrasi Dewa Iswara..
  • Sanggah sebagai simbol vibrasi Dewa Siwa.
  • Upakara sebagai simbol vibrasi Dewa Sadha Siwa dan Parama Siwa.

Bagi kamu yang tinggal di Bali pasti melihat penjor berada di tiap rumah yang merayakan Galungan. Penjor sendiri dibuat dengan sedemikian rupa sehingga membuat jalanan menjadi meriah. Pemandangan akan kita lihat di tiap jalan di Pulau Bali. Budaya dan tradisi umat Hindu di Bali memang sangat beragam dan terkenal hingga ke penjuru dunia. Pulau Bali merupakan pusat pariwisata dunia yang tidak perlu diragukan lagi keindahannya. Jadi pengen kan tinggal di Bali?

Bagi kamu yang tidak tinggal di Bali dan berniat melanjutkan pendidikan usai lulus SMA mungkin perlu pertimbangan untuk memutuskan kuliah di Bali. Kapanlagi coba di saat orang lain berlibur, kamu justru malah menetap di Pulau Dewata.

Salah satu keuntungan kuliah di Bali adalah kamu bisa merasakan keindahan toleransi yang tinggi. Masyarakat Bali sangat menjunjung tinggi perbedaan.

Keuntungan lain yang bisa didapat apabila memutuskan kuliah di Bali adalah kamu bisa mempelajari budaya khususnya budaya Bali. INSTIKI yang merupakan kampus IT di Bali ini tidak hanya fokus pada kurikulum berbasis teknologi informasi semata. Namun, fokus pula pada pembelajaran budaya Bali.

Kamu tentu ingin mempelajari budaya Bali yang dikenal beragam dan penuh keunikan. Sehingga kamu tidak perlu repot-repot mengulik sendiri tentang budaya Indonesia. STIKI Indonesia memang kampus swasta di Bali pemberi solusi terbaik untuk meneruskan pendidikanmu

INSTIKI yang terdahulu dikenal dengan STIKI Indonesia, kini telah bertransformasi menjadi Institut Bisnis dan Teknologi Indonesia (INSTIKI). INSTIKI adalah kampus IT, bisnis, dan desain terbaik di Bali dan Nusa Tenggara yang terakreditasi nasional dan tersertifikasi internasional.

INSTIKI adalah kampus swasta di Bali yang membuka 4 program studi unggulan yakni Teknik Informatika, Sistem Komputer, Desain Komunikasi Visual, dan Bisnis Digital. Biaya kuliah di INSTIKI sangatlah terjangkau! Tertarik untuk kuliah di Bali alias melanjutkan studi di INSTIKI? Dapatkan informasi lebih lengkap tentang INSTIKI dan jurusan INSTIKI dengan mengakses https://instiki.ac.id/apply-now/

PENGUMUMAN LAINNYA